Suka Duka Pendiri Rumah Baca Bintang Grobogan

Lewat Rumah Baca Bintang yang dia dirikan, Yulianto tetap fokus melakukan pembinaan minat baca pada anak-anak.

Mazka Hauza Naufan
Yulianto (IG: @yuliantodelaveras), membacakan buku pop-up bertema hewan liar di hadapan Oliv (5) dan Inka (4) pada Kamis (13/7/2023) sore di Rumah Baca Bintang Grobogan. 

TRIBUNMURIA.COM, GROBOGAN - Suatu hari pada 2018, Yulianto (33) mendapatkan "penglihatan" yang menakjubkan sekaligus menakutkan.

Di depan matanya, tiba-tiba terpampang sebuah pintu gerbang besar berwarna hitam pekat. Ketika gerbang dibuka, ada sebuah jalan terang-benderang. Jalan itu lurus bagai lorong cahaya yang membelah kegelapan tak berujung.

"Berkali-kali saya dapat 'penglihatan' itu. Bukan mimpi. Hal ini memberi saya firasat bahwa tahun 2019 saya sudah tidak ada. Rasanya saya akan meninggal, saya akan selesai tahun depan," kata Yulianto saat ditemui Tribunjateng.com di kediamannya, Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Kamis (13/7/2023) sore.

Yulianto sempat takut dan khawatir. Namun dia berusaha menepis pikiran-pikiran negatif agar tetap fokus melakoni kegiatan sebagai penggerak literasi di Grobogan.

Lewat Rumah Baca Bintang yang dia dirikan, juga lewat kegiatan berkeliling ke pelosok-pelosok Grobogan untuk membuka lapak-lapak baca, Yulianto tetap fokus melakukan pembinaan minat baca pada anak-anak.

Namun, kabar menyentak betul-betul tiba pada 2019. Oleh dokter, Yulianto divonis mengidap suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kekebalan tubuhnya diserang dan dia terpaksa harus minum obat setiap hari sepanjang hayat. Yulianto enggan menyebutkan nama penyakitnya.

Di tengah upaya bangkit dari depresi akibat penyakit, cobaan-cobaan lain datang menghampiri. Yulianto diuji habis-habisan. Pada tahun yang sama dia mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan tempurung lutut dan tulang lengan retak. 

Tak berselang lama, ia mengalami musibah banjir. Koleksi buku di rumah baca rusak seluruhnya. Padahal buku-buku itu dia beli sedikit demi sedikit dari hasil menyisihkan gaji yang tak seberapa dari pekerjaan sebagai pustakawan sekolah swasta.

Cobaan yang datang bertubi-tubi itu membuat Yulianto depresi dan merasa bahwa penglihatan dan firasat yang dia dapat pada 2018 akan benar-benar terjadi.

Namun, Yulianto mencoba bersabar. Dia meyakini bahwa bagi orang-orang yang sabar, Tuhan akan memberi jalan keluar dari setiap permasalahan.

Dia merenung. Untuk menepis depresi, Yulianto mencoba menata ulang niat dalam menekuni gerakan literasi. Dia belajar ikhlas.

"Ilmu ikhlas itu ilmu tingkat tinggi. Saya ingin bisa ikhlas seperti surat al-Ikhlas yang di dalamnya tidak ada kata ikhlas. Selama ini mungkin saya masih punya hasrat ingin dikenal, ingin populer. Musibah yang saya alami mungkin teguran bagi saya," ungkap Sarjana Ilmu Perpustakaan dari Universitas Terbuka Purwodadi ini.

Sembari menyusun ulang niat, Yulianto juga menyusun ulang koleksi buku dari awal. Pelan-pelan, dia membeli lagi buku-buku untuk mengisi rumah baca.

Dia bersyukur, hingga kini Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup dan mengisi kehidupan dengan menebar manfaat, menyebarkan virus gemar membaca pada sebanyak-banyaknya anak.

"Wahyu Nabi Muhammad yang pertama saja perintah untuk membaca, kan?" tanya Yulianto retoris.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved