Berita Jateng

Era Kolonial, Semarang Pakai Konsep Garden City ala Thomas Karsten, Ini Sisa Bangunannya

Lewat karya arsitekturnya, Karsten sangat berkontribusi dalam pengembangan Kota Semarang di era kolonial.

Penulis: Budi Susanto | Editor: Muhammad Olies
Tribun Jateng/Budi Susanto
Sejumlah warga tengah duduk di bawah pohon asem yang ada di depan Pasar Peterongan Kota Semarang, Selasa (3/1/2023). Pasar tersebut satu di antara karya arsitektur Herman Thomas Karsten, seorang arsitek Hindia-Belanda. 

Showroom Toko Furniture Van de Pol di Jalan Pemuda yang kini sudah hilang. Handelsvereeniging atau Gedung Teater Rakyat Sobokartti, RS Elizabeth di daerah Candi Baru, Van Deventer School yang sekarang Akademi Kesejahteraan Sosial Ibu Kartini, Rumah pemotongan hewan di Pandean Lamper, Pasar Randusari, Pasar Djatingaleh dan Pasar Djohar.

Karsten juga pernah menetap di Kota Semarang hingga 1930, untuk kemudian pindah ke Bandung pada 1931.

Kiprah Karsten dalam pengembangan Kota Semarang, membuat pemerintah Hindia-Belanda menyematkan Kota Semarang sebagai The City Of Karsten.

Pemikirannya tentang prinsip dasar perencanaan perkotaan juga tertuang dalam Town planning in the Indies: the aim and nature of modern town planning (Indiese Stedebouw: Doel en geest van den moderne stedebouw) di tahun 1920.

Gagasan Karsten juga berperan penting dalam penyusunan Peraturan Perencanaan Kota (Stadsvormingsordonnantie) yang selesai pada 1938. 

Pedoman tersebut tetap dipakai sebagai dasar perencanaan kota di Indonesia, hingga kemudian digantikan Undang-Undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang. (Bud)

 

 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved