Berita Kudus

Cerita Warga Gribig 'Sulap' Lokalisasi Pelacuran Terkenal di Kudus Jadi Sentra Peternakan Terpadu

Cerita warga Gribig sulap eks lokalisasi pelacuran ternama di Kudus jadi sentra peternakan terpadu. Seperti apa?

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Rifqi Gozali
Anggota Kelompok Ternak Sejahtera Makmur, Ratiyo, saat meninjau hewan ternaknya di kandang di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kudus, Rabu (6/3/2024). 

Nama lokalisasinya yaitu Mojodadi atau akronim dari mojok langsung dadi. Lokalisasi itu sudah ada sejak 1974 dan kemudian berakhir bersamaan dengan datangnya krisis moneter.

“Seingat saya lokalisasi di sini ambruk dan bubar pada 1998,” begitu kata Mahmudi sembari mengingat.

Kini sebagian lahan bekas lokalisasi dikelola oleh kelompok ternak. Yang mereka kelola sekitar satu hektare untuk keperluan peternakan.

Lahan tersebut milik Desa Gribig. Para peternak menyewa kepada desa.

Kata Mahmudi, dalam setahun sewa lahan satu hektare Rp3.500.000. Lahan seluas satu hektare tersebut dibagi menjadi 32 petak.

Masing-masing anggota kelompok memilih petak untuk didirikan kandang ternak.

Termasuk Mahmudi yang kini mengelola dua petak dengan isi ternak berupa kerbau tiga ekor dan domba sebanyak 30 ekor.

“Ada anggota yang menyewa lebih dari satu petak,” katanya.

Untuk sewa per petaknya setahun sekitar Rp130 ribu. Nilai sewa sebesar itu bagi para peternak bukanlah hal yang memberatkan.

Yang terpenting bagi mereka tetap bisa menjalankan usaha ternak dan mendapatkan keuntungan.

Salah seorang peternak anggota Kelompok Sejahtera Makmur yaitu Ratiyo.

Kakek enam cucu yang kini berusia 60 tahun tersebut menekuni usaha ternak domba sejak kompleks peternakan di eks lahan prostitusi ini didirikan.

Semula Ratiyo merupakan pekerja serabutan di luar kota. Selama 30 tahun dia merantau ke luar Jawa untuk mencari nafkah. Bahkan selama bertahun-tahun dia pernah di Pulau Sumatera bekerja di salah satu tambang emas ilegal.

“Saya beternak baru kali ini. Sebelumnya saya tidak pernah beternak karena merantau terus. Dan kini betah karena bisa untuk mencukupi hidup,” kata Ratiyo.

Nihilnya modal bukan menjadi alasan bagi Ratiyo untuk mengendurkan niat beternak.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved