Berita Jepara
Tanggap Darurat PMK, Seluruh Pasar Hewan di Jepara Ditutup hingga Waktu yang Belum Ditentukan
jepara tanggap darurat pmk seluruh pasar hewan ditutup sementara hingga waktu yang belum bisa ditentukan, kapan dibuka? belum bisa diketahu
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Kabupaten Jepara berstatus tanggap darurat Penyakit Mulut dan Kuku (_MK).
Pasar hewan di Kabupaten Jepara ditutup hingga waktu yang belum bisa ditentukan.
Penutupan ini dilakukan setelah wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merebak.
Baca juga: Gus Yasin Ingin Pasar Hewan di Jateng Tetap Buka meski Ada Wabah PMK, Mengapa?
Baca juga: Pemkab Demak Nekat Tetap Izinkan Pasar Hewan Buka di Tengah Merebaknya PMK, Apa Alasannya?
Baca juga: Kambing di Jepara Tak Ada yang Terjangkit PMK, Pasar Hewan Pon Bangsri Dipenuhi Embek
Baca juga: Pj Bupati Beber Alasan Jepara Tanggap Darurat PMK, Grafik Kasus hingga 10 Persen Populasi Terancam
Kondisi PMK di Kabupaten Jepara, per 18 Juli 2022, 21 ekor hewan mati dan 9 hewan ekor dipotong paksa. Sementara untuk kasus aktif mencapai 689.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian menambahkan, 679 hewan dilaporkan sembuh, 789 ekor telah diobat dan sebanyak 2.983 ekor divaksin.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Jepara, Ratib Zaini, memastikan pasar hewan masih akan terus ditutup.
Menurutnya, pasar hewan termasuk tempat penyebaran PMK di Jepara.
Banyak hewan dari luar kota yang diperjualbelikan tanpa melihat kondisi hewan tersebut.
“Kami belum tahu penutupan itu sampai kapan. Yang pasti setelah PMK di Jepara sudah bisa dikendalikan,” kata Ratib, Rabu (20/7/2022).
Sejak awal Juni lalu, seluruh pasar hewan di Jepara, yakni Pasar Pon Bangsri, Pasar Legi Keling, Pasar Wage Mayong, ditutup.
Ratib membeberkan kasus PMK di Jepara pertama kali berasal dari blantik. Kasus PMK pertama terindentifikasi di Desa Sowan Kidul, Kecamatan Kedung. Ada blantik membeli kerbau yang berasal dari Jawa Timur.
Kasus kedua terjadi di Desa Jlegong, Kecamatan Keling. Penyebabnya ada blantik sapi membeli dari Pasar Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
“Sapi dari Tuban itu diperdagangkan di Pasar Keling,” imbuhnya.
Yang paling parah dan terjadi kluster terjadi di Pasar Wage Mayong.
Seorang pedagang membeli kerbau yang berasal dari Jawa Timur di Pasar Wage Mayong.
Kemudian ia membawa kerbau itu ke kandang Boro Guwosobokerto, Kecamatan Welahan.
Setelah itu timbul kluster yang menyerang kerbau-kerbau di sana.
“Selanjutnya terjadi penularan masif di pasar hewan yang menjadi klaster-klaster kecil di desa,” bebernya. (*)