Berita Kudus

Meraih Keharmonisan dan Makna Hidup Melalui Gelar Budaya Ngangsu Banyu di RKBBR Kudus

Acara berturut-turut bertajuk "Ngangsu Banyu" akan digelar oleh Rumah Khalwat & Balai Budaya Rejosari (RKBBR) di Kudus.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Daniel Ari Purnomo
istimewa
panitai mempersiapkam gelar budaya Ngangsu Banyu di Rumah Khalwat & Balai Budaya Rejosari. 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Acara berturut-turut bertajuk "Ngangsu Banyu" akan digelar oleh Rumah Khalwat & Balai Budaya Rejosari (RKBBR) di Kudus. Acara ini dijadwalkan berlangsung dari Jumat hingga Minggu (18-20/8/2023) dan akan menampilkan berbagai kegiatan menarik.

Pada hari pertama, akan dimulai rangkaian acara dengan pameran berbagai produk kesenian, seperti batik, lukisan, dan beragam produk dari RKBBR. Tak ketinggalan, macapatan yang disajikan oleh Paguyuban Sitoresmi juga akan menyemarakkan hari pertama ini. Pada hari berikutnya, festival jajanan pasar dan acara melukis untuk anak-anak akan memeriahkan suasana. Sebagai penutup pada hari kedua, pentas seni teater dan musik dari berbagai grup daerah akan dihadirkan.

Menjelang akhir acara, pada hari terakhir dijadwalkan upacara kebudayaan, proses ngangsu banyu, pentas liong, dan dialog kebangsaan. Dialog kebangsaan akan dimeriahkan oleh Inayah Wahid, putri Gus Dur, dan Romo Lukas Heri Purnawan.

"Rangkaian terakhir mencakup doa untuk bangsa yang akan dipimpin oleh pemuka agama, serta flashmob tari lajur caping kalo," ungkap Koordinator Gelar Budaya Asa Jatmiko.

Gelaran budaya ini merupakan tradisi tahunan yang digelar di RKBBR. Tahun ini, acara tersebut juga merupakan peringatan ulang tahun Republik Indonesia yang ke-78.

Asa Jatmiko menjelaskan bahwa acara budaya Ngangsu Banyu memiliki makna introspektif untuk mengingat kembali peranan air dalam kehidupan sehari-hari. Di masa lalu, warga Rejosari mendapatkan air untuk kebutuhan harian dengan cara ngangsu, yaitu mengambil air dari sumber mata air atau sendang di sekitar. Biasanya, para ibu yang mengambil air sementara bapak-bapak mencari kayu bakar di hutan.

Asa Jatmiko menekankan bahwa masyarakat dulu menjalani kehidupan dengan saling berbagi dan berdampingan dengan alam. Mereka menyadari bahwa manusia dan lingkungan saling membutuhkan. Air yang mereka peroleh kemudian dinikmati bersama oleh keluarga, menciptakan kehidupan rukun dan damai.

Peristiwa ngangsu banyu di masa lalu menunjukkan kerukunan dalam keluarga dan hubungan dengan lingkungan. Melalui acara "Ngangsu Banyu," nilai-nilai ini ditarik ke dalam peristiwa introspektif yang diadakan.

Asa menjelaskan bahwa keluarga yang hidup dalam kasih sayang biasanya memiliki tekad untuk mencari nilai dan keutamaan dalam hidup. Keluarga semacam ini terus mencari "air kehidupan" sehingga selalu segar, berkembang, dan damai.

Pentingnya cinta kasih dalam keluarga tercermin dalam acara budaya ini. Gelar budaya "Ngangsu Banyu" di RKBBR mengajak semua untuk merenungkan makna hidup dan harmoni, sebagaimana tercermin dalam proses ngangsu banyu di masa lalu.

Sumber: TribunMuria.com
Tags
Kudus
RKBBR
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved