Berita Kudus

Koleksi Peninggalan Budaya Berusia Jutaan Tahun Bakal Dipajang di Gedung Baru Museum Patiayam Kudus

Dari 66 koleksi tersebut, terdapat fragmen fosil berupa buaya, kepiting, kerang, gajah, harimau, babi, dan beberapa fosil lainnya.

Penulis: Saiful MaSum | Editor: Daniel Ari Purnomo
TribunMuria.com/Saiful Masum
Tenaga Ahli Konservasi Koleksi Museum dan Cagar Budaya Unit Sangiran, Nina Iswati sedang menunjukkan beberapa fosil Museum Purbakala Patiayam Kudus yang dikonservasi, Rabu (17/5/2023. 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Gedung baru Museum Situs Purbakala Patiayam yang berada di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, akan segera menggelar pameran menarik dengan 66 koleksi peninggalan budaya yang telah lolos kajian oleh Tim dari Museum dan Cagar Budaya (Unit Sangiran).

Koleksi ini terdiri dari fragmen fosil fauna lingkungan laut, rawa, dan darat.

Sebelum dipamerkan, seluruh koleksi fosil telah melalui seminar untuk mengenalkan hasil kajiannya kepada masyarakat.

Baca juga: Tim Nina Konservasi Fosil Kepala Banteng Purba Koleksi Museum Purbakala Patiayam Kudus

Bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai koleksi-koleksi yang selesai dikaji tahun ini.

Kurator Museum Situs Purbakala Patiayam Kudus, Nunung Gina Santika, menyatakan bahwa seminar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan kajian koleksi yang telah dilakukan sebelumnya.

Dari 66 koleksi tersebut, terdapat fragmen fosil berupa buaya, kepiting, kerang, gajah, harimau, babi, dan beberapa fosil lainnya.

Kata dia, fosil-fosil ini diperkirakan berusia dua jutaan tahun hingga 700 ribuan tahun yang lalu.

Di antaranya terdapat fosil gading dan tulang belakang gajah jenis Stegodon dan Elephas.

"Beberapa dari koleksi ini sudah dipamerkan di gedung baru museum saat ini. Sisanya, yaitu 66 koleksi lagi, akan segera ditampilkan setelah dilakukan penataan yang tepat," terangnya, Senin (24/7/2023).

Nunung juga mengungkapkan bahwa saat ini tercatat ada 10.032 fragmen fosil yang terdaftar di Museum Situs Purbakala Patiayam.

Jumlah tersebut sudah melalui berbagai proses, termasuk pencatatan, konservasi, inventarisasi, identifikasi, dan penomoran koleksi.

Sementara koleksi yang sudah melalui kajian dan siap dipamerkan baru mencapai sekitar 200-an koleksi.

Nunung menekankan bahwa proses kajian membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.

Selain itu, tidak semua koleksi masuk dalam kategori fosil yang harus dikaji, dan keterbatasan tempat menjadi pertimbangan dalam menampilkan koleksi-koleksi ini.

"Setiap koleksi memiliki spesifikasinya masing-masing, dan koleksi langka akan menjadi prioritas utama. Yang jelas, semua koleksi yang dipamerkan sudah melalui proses kajian yang teliti," ujar dia.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved