Berita Blora

Perjuangan Suparmi Temukan Anaknya TKW di Arab 'Hilang' Belasan Tahun, Ladang & Sapi Habis Terjual

Suparmi rela kehilangan ladang dan dua ekor sapi miliknya, demi berjuang mencari anaknya Sri Naning, TKW yang hilang di Arab Saudi selama 13 tahun.

Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Ahmad Mustakim
Sri Naning Wahyu Kurniawati warga Desa Plosorejo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora bersama orangtuanya, Suparmi. Sri Naning pernah menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) selama 13 tahun di Arab Saudi. Naning, tak digaji oleh majikannya selama 12 tahun terakhir ia bekerja. 

TRIBUNMURIA.COM, BLORASri Naning Wahyu Kurniawati (33), anak dari pasangan Sulimin dan Suparmi, menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) atau Buruh Migran Indonesia (BMI) di Arab Saudi, hingga 13 tahun.

Sri Naning sempat hilang kontak dengan keluarganya, lantaran selama 13 tahun bekerja tak diperbolehkan bersinggungan dengan dunia luar oleh majikannya yang tinggal di kota Mekkah.

Warga Desa Plosorejo, Kecamatan Banjarejo, Blora itu, menjadi TKW di Arab Saudi dari tahun 2006 hingga 2019 silam.

Selama Sri Naning hilang tak ada kontak, Suparmi dan suaminya terus berjuang agar anaknya bisa kembali pulang ke kampung halaman.

"Namanya orangtua kan pengen ketemu anaknya. Gimana caranya kita usahakan, yang penting anak saya ketemu itu saja," ucapnya kepada tribunmuria.com di rumahnya, Rabu (14/6/2023).

Selama memperjuangkan kepulangan anakanya itu, Suparmi dan Sulimin telah menghabiskan uang hingga puluhan juga rupiah.

Bahkan, sawah-ladang dan dua ekor sapi miliknya ludes terjual demi mencari dan mengupayakan kepulangan Sri Naning.

"Walaupun saya habis-habisan saya gak masalah, yang penting anak saya bisa pulang ke Indonesia dalam keadaan sehat dan bisa ketemu keluarga semuanya, sudah," tandasnya.

Suparmi menceritakan bagaimana dirinya berupaya mencari anaknya tersebut hingga datang ke Jakarta.

Suparmi bersama suaminya Sulimin nekat pergi ke Jakarta demi mencari anak keduanya tersebut ke Jakarta hingga menjual ladang dan hewan ternaknya.

"Ya sekitar Rp 50 an juta. Jual ladang itu satu kraman (seperempat hektar) dan sapinya dua," ungkapnya.

Saat memperjuangkan hak anaknya tersebut dirinya mengaku tidak menggandeng pemerintah setempat.

"Saya cari sendiri bersama bapak, kehabisan uang di Jakarta ya sudah masuk ke yayasan cari kerjaan."

"Daripada pulang tidak bisa kan, nanti gimana saya jadi gelandangan di Jakarta," terangnya.

"Itu sekitar tahun 2016 lah sampai 3 tahun saya di sana," imbuhnya.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved