Banjir Pati
Desa Banjarsari Pati Masih Direndam Banjir, Warga Berangkat Kerja dan Sekolah Naik Perahu
Banjir yang terjadi di Dukuh Biteng, Banjarsari, Gabus, Pati, membuat warga setempat harus menaiki perahu untuk alat transportasi sehari-hari
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNMURIA.COM, PATI - Banjir yang merendam Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, membuat warga setempat harus menaiki perahu untuk alat transportasi sehari-hari.
Hal ini seperti yang dilakukan Kasnari ketika mengantar putranya, Vidhan, berangkat sekolah, Sabtu (11/3/2023) pagi.
"Ya beginilah kalau pagi alat transportasinya, naik perahu," kata dia.
Menurut Kasnari, di dukuhnya, ketinggian air banjir sudah mencapai satu meter. Jalanan terendam air.
Akibatnya, untuk berangkat kerja atau sekolah, warga harus menaiki perahu sejauh kira-kira satu sampai dua kilometer untuk sampai di jalan desa yang bisa dilalui kendaraan darat. Jalan tersebut tidak tergenang air karena sudah ditinggikan dengan beton cor.
Setelah itu warga baru menaiki sepeda motor yang dititipkan di tepi jalan yang tidak tergenang banjir.
"Kalau di sini ada yang jaga (sepeda motor). Bayar seikhlasnya, seribu atau dua ribu," ujar dia.
Baca juga: Air Banjir di Banjarsari Pati Kembali Naik, 250 Rumah Terendam, Kades: Sudah 3 Bulan Tergenang
Baca juga: Tinjau Banjir di Desa Banjarsari dan Mintobasuki Pati, Henggar Salurkan Bantuan Sembako
Baca juga: Banjir di Pati, Warga Dukuh Biteng Desa Banjarsari Naik Sampan untuk Beraktivitas
Menurut Kasnari, karena banjir terus terjadi tiap tahun akibat luapan Sungai Silugonggo, hampir seriap rumah tangga di Dukuh Biteng memiliki perahu sebagai sarana transportasi.
"Kalau yang nggak punya perahu biasanya nunggu teman atau saudaranya lewat untuk menumpang naik perahu sampai jalan raya. Dari jalan raya baru naik kendaraannya," kata dia.
Vidhan, siswa SDN Banjarsari 01, mengatakan bahwa selama banjir ia harus berangkat lebih pagi karena transportasi terhambat.
Dia biasanya berangkat dari rumah pukul enam pagi.
"Harus naik perahu karena banjir. Nggak bisa kalau jalan kaki. Dalamnya air ada yang sampai perut," kata dia.
Kepala Desa Banjarsari, Sudiman, mengatakan bahwa di Desa Banjarsari, dukuh yang terdampak banjir paling parah memang Biteng.
"Di Biteng semua akses jalan dan perumahan tergenang air. Air yang masuk rumah ketinggiannya antara 30 sampai 50 sentimeter," kata dia.
Menurut Sudiman, ketinggian banjir di areal persawahan bahkan jauh lebih tinggi, yakni berkisar antara 1,2 meter sampai 1,5 meter.
Selain Dukuh Biteng, Dukuh Karangkedempel sampai Dukuh Geneng juga terisolasi akibat banjir. Kendaraan darat tidak bisa masuk karena akses jalan tergenang.
"Sepeda motor tidak bisa lewat. Semua pakai perahu," kata dia. (mzk)
| PLN Raih Penghargaan pada ISDA 2025 dari Bantuan Pengelolaan Sampah |
|
|---|
| 'Dulu Kritik Tambang, Sekarang Ribut', Mahfud MD Respons Pergolakan PBNU |
|
|---|
| Alfamart Perkuat Kemitraan dan Akses Modal UMKM Semarang |
|
|---|
| Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan Jateng Raih Sertifikasi ISO 9001:2015 |
|
|---|
| 100 Hari Wafatnya Imam Aziz: Mengenang Kiai Rakjat Melalui Dua Buku |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/jarsari-Kecam.jpg)