Berita Kudus

Kasus DBD di Kudus Melonjak pada 2022, Delapan Pasien Meninggal Dunia, DKK Lakukan Langkah Ini

Kasus DBD di Kudus Melonjak pada 2022, Dua Warga Kaliwungu Meninggal, DKK Lakukan Langkah Ini di Tahun 2023. Berharap Angka DBD Dapat Ditekan

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Yayan Isro Roziki
Tribunnews.com
Ilustrasi pasien demam berdarah dengue (DBD). 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kudus pada tahun 2022 kemarin melonjak tajam dibanding pada satu tahun sebelumnya.

Diketahui, pada 2022 total tercatat 554 kasus DBD, di mana delapan pasien di antaranya meninggal dunia.

Sementara, kasus DBD pada tahun 2021 tercatat 175 kasus, dengan tiga orang pasien meninggal dunia.

Baca juga: Satu Keluarga di Kudus Kena DBD, Noor Keluhkan Pelayanan Foging di Desa Gondosari Lamban

Baca juga: DBD di Blora Capai 574 kasus pada 2022, Angka Kematian Sebanyak 15 Orang

Baca juga: Kasus DBD di Kudus Melonjak 100 Persen Lebih, Korban Meninggal 6 Orang Semunya Anak-anak

Pada tahun 2022 kemarin, dua dari delapan pasien DBD yang meninggal dunia tersebut adalah warga Kecamatan Kaliwungu.

Tercatat, dari seluruh kasus DBD yang tercatata pada 2022, 51 di antaranya terjadi di Kecamatan Kaliwungu.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus, Darsono, mengatakan meningkatnya kasus DBD tersebut dipengaruhi sejumlah faktor.

Di antaranya adalah perubahan musim. Sehingga, perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti melonjak tajam.

"Terutama yang kamar mandinya jarang dikuras, pasti jadi tempat nyamuk bersarang."

"Kemudian di lingkungan sekitar ada tumpukan barang-barang bekas yang dapat menampung air, misalnya kaleng dan ban bekas,” ucap Darsono, Sabtu (21/1/2023).

Agar tidak terjadi peningkatan kasus DBD di tahun 2023, Darsono, mengimbau masyarakat agar menjalankan konsep hidup bersih dan sehat serta melakukan 3M+.

3M adalah langkah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terdiri dari:

  • Menguras tempat-tempat penampungan air.
  • Menutup rapat semua tempat penampungan air.
  • Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang)

"Lalu plusnya menggunakan serbuk abate. Abate ini gratis tinggal minta ke puskesmas."

"Manfaatnya dapat membunuh jentik nyamuk selama tiga bulan,” terangnya.

Darsono menegaskan, pemberantasan nyamuk aedes aegypti bila hanya mengandalkan fogging saja tidak akan efektif.

Sebab, lanjut dia, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sementara jentiknya akan tetap hidup. 

"Ketika efeknya habis kan nyamuk lainnya bisa berada di lokasi yang sudah difogging."

"Selain itu, jentik-jentik juga tidak bisa mati kalau hanya fogging," jelasnya. (rad)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved