Berita Kudus

Terendam Banjir Dua Pekan Lebih, Sawah Petani Undaan Kudus Terancam Puso

Para petani di Kecamatan Undaan menjerit karena sawah mereka terendam banjir dua pekan lebih. Kontan kondisi tersebut mengancam hasil pertanian mereka

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Muhammad Olies
Tribun Muria/Rifqi Ghozali
Seorang petani tengah beraktivitas di tengah lahan petanian yang terendam banjir, Senin (16/1/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS – Para petani di Kecamatan Undaan menjerit karena sawah mereka terendam banjir dua pekan lebih. Kontan kondisi tersebut mengancam hasil pertanian yang sebentar lagi tiba masa panen.

Satu di antara petani di Undaan yang lahannya terendam banjir yakni Nasikun. Kakek berusia 63 tahun tersebut asal Desa Undaan Lor khawatir karena ancaman puso sudah di depan mata. Lahan miliknya seluas satu bangkon atau sekitar setengah hektare sudah sejak 28 Desember 2022 terendam banjir sampai saat ini. Alhasil sebagian besar padi di sawahnya batangnya kini mulai membusuk.

“Khawatir dan ini jelas membusuk karena airnya tidak bisa mengalir,” kata Nasikun saat ditemui di lahannya, Senin (16/1/2023).

Selain itu, ancaman hama wereng juga di depan mata. Genangan air yang nyaris menenggelamkan padinya membuat hama wereng naik sampai batang tanaman.

“Kalau diserang wereng ya padinya tidak bisa keluar. Langsung lusuh,” kata Nasikun.

Kondisi seperti ini tentu membuatnya galau. Bagaimana tidak, untuk modal tanam dia mengutang ke tetangga sampai Rp 5 juta. Jika kondisi genangan sawah berlangsung sampai sepekan lagi, maka nasibnya bakal buntung. Panen padi dari sawahnya tidak bisa diharapkan. Utang juga tidak terbayar.

“Kalau utang bank (untuk modal tanam) tidak berani, karena tidak ada jaminan untuk membayar dari hasil panen,” kata Nasikun.

Baca juga: Songsong 1 Abad NU, Putri Gus Dur Yenny Wahid Singgung Relevansi Organisasi dan Perkembangan Zaman

Baca juga: Sambut 1 Abad NU, Warga Nahdliyin Tahunan Galang Dana Wakaf RSNU Jepara, Target Tanah 100 Meter

Baca juga: Lanjutan Proliga 2023, Kudus Sukun Badak Menyerah dari Bhayangkara Presisi dengan dengan Skor 3-1

Sementara itu Ketua Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) Undaan Lor, Sunari, mengatakan, banjir yang menggenangi lahan persawahan di Undaan Lor jelas mengganggu pertumbuhan padi. Pasalnya saat banjir menggenang, padi tiba masa bunting. Kondisi demikian membuat bulir-bulir padi yang keluar tidak maksimal. Hal itu diperparah karena batang padi membusuk.

“Idealnya dua minggu lagi sudah panen semua. Sampai saat ini tidak bisa (keluar) airnya. Airnya saja dalamnya ada yang lebih dari 1 meter,” kata Sunari.

Sementara dilansir dari data BPBD Kudus, banjir yang melanda Kudus menggenangi 8.637 hektare lahan persawahan. Untuk Kecamatan Undaan, ada 2.318 hektare lahan persawahan yang terendam. Sedangkan di Desa Undaan Lor ada 450 hektare lahan persawahan yang terendam banjir.

Berdasarkan keterangan Sunari, ada 50 persen lahan di Undaan Lor yang puso. Estimasi kerugian jika satu hektare mampu menghasilkan sekitar 12 ton atau Rp 40 juta, maka kerugian materiil akibat banjir yang menggenang sawah di Undaan Lor mencapai Rp 8 miliar.

Melihat kondisi tersebut, kata Sunari, solusi untuk menyelamatkan pertanian di Undaan dalam waktu dekat di antaranya dengan mengeruk endapan lumpur yang menutup aliran air di depan pintu irigasi yang mengarah ke aliran Sungai Wulan. Semenjak debit air Wulan meninggi beberapa hari lalu, material lumpur memenuhi aliran sungai hingga membuat pintu air tertutup.

Pintu air buangan dari lahan persawahan yang mengalir ke aliran Sungai Wulan itu berada di Desa Undaan Lor tepatnya di Gang 12. Pantauan Tribunmuria.com, aliran dari pintu terhalang oleh endapan lumpur. Inilah yang kemudian membuat banjir di persawahan dan permukiman genangannya tidak kunjung surut.

“Ini dampaknya tidak hanya di Undaan Lor saja, tapi juga di persawahan di Desa Larikrejo, Undaan Tengah, dan Wates,” kata Sunari.

Kini satu-satunya harapan agar lahan pertanian mereka selamat dari ancaman puso yakni pemerintah turun tangan dengan mengerahkan alat berat untuk mengeruk lumpur yang menutup aliran menuju Sungai Wulan.

“Harapan petani saya mohon bantuan provinsi, Pak Ganjar Pranowo bisa memberi solusi mengeruk lumpur yang mengendap di depan pintu air ke Sungai Wulan. Pintu itu memang untuk pembuangan Kecamatan Undaan. Air tetap ajek setiap hari menambah terus tidak bisa turun,” kata Sunari.

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved