Berita Jateng

Thio Haouw Liep Jaga Wayang Potehi di Tengah Gerusan Zaman, Sempat Jaya Era Kolonial 

Wayang potehi asal Kota Semarang sempat berjaya di masa kolonial. Bahkan media mass Hindia-Belanda, kejayaan wayang itu diberitakan dalam media massa.

Penulis: Budi Susanto | Editor: Muhammad Olies
Tribun Jateng/Budi Susanto
Thio Haouw Liep menunjukkan wayang potehi yang akan ia mainkan di depan Kelenteng Hoo Hok Bio, di kawasan Pecinan Kota Semarang, Senin (9/1/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Wayang potehi asal Kota Semarang sempat berjaya di masa kolonial.

Bahkan media mass Hindia-Belanda, beberapa kali memberitakan mengenai kejayaan wayang potehi asal Kota Semarang.

De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad terbitan De Groot, Kolff & Co pada 19 Agustus 1899 misalnya.

Pada 1988, grup wayang potehi sudah terkenal di Hindia-Belanda saat itu.

Bahkan grup wayang potehi asal Kota Semarang diberitakan, akan menggelar pertunjukan di beberapa daerah seperti Batavia yang kini Jakarta hingga Surabaya.

Tak hanya sekali, pada 28 Agustus 1954, Java-bode : nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, juga menuliskan mengenai wayang potehi asal Kota Semarang.

Di mana grup wayang potehi Kota Semarang acapkali mengikuti acara amal untuk membantu masyarakat.

Meski kiprahnya di masa kolonial hingga pasca kemerdekaan tercatat apik, namun wayang potehi terus tergerus zaman.

Di Kota Semarang sendiri hanya tinggal satu dalang wayang potehi yang masih eksis, ia adalah Thio Haouw Liep (53).

Thio Haouw Liep merupakan anak keempat dalang kondang wayang potehi yaitu Thio Tiong Gie, atau sering disebut Teguh.

Usai Thio Tiong Gie meninggal pada 2016 silam, Thio Haouw Liep meneruskan jejak sang ayah.

Thio Haouw Liep menceritakan, ayahnya mulai jadi dalang wayang potehi sebelum 1960.

Sang ayah juga berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengenalkan wayang potehi.

Namun sejak sang ayah tiada, tidak ada lagi yang meneruskan kiprah Thio Tiong Gie.

"Setelah ayah saya pergi, wayang potehi berhenti satu tahun. Karena keluarga tak mau wayang potehi hilang, saya beranikan diri untuk berlatih," tuturnya, Senin (9/1/2023).

Baca juga: Kandidat Calon Sekda Karanganyar Mengerucut Tiga Nama Ini, Siapa Saja?

Baca juga: Soal Capres PDIP, Puan: Lillahi Taala Garis Tangan, Tunggu Diumumkan Ketum Megawati

Baca juga: Bupati Kudus Hartopo Berang dengan Sekda Gara-gara Ini

Thio Haouw Liep pun berlatih menjadi dalang wayang potehi sejak 2016.

Pada 2017, ia memberanikan diri tampil membawakan wayang potehi di depan umum.

Berbekal pengalaman ikut sang ayah, Thio Haouw Liep sukses dalam penampilan perdananya.

Meski demikian pria 53 tahun itu sedikit pesimis, lantaran saat itu tidak ada anak muda yang mau belajar mengenai wayang potehi.

Namun ia tak patah arang, ia merekrut anak-anak muda hingga anak putus sekolah untuk belanjar mengenai wayang potehi.

"Sampai sekarang ada belasan anak yang serius belajar mengenai wayang potehi. Selain belajar mengenai musiknya, beberapa juga ingin menjadi dalang," ujarnya.

Hal itu membawa angin segar bagi Thio Haouw Liep, kekhawatirannya tentang hilangnya wayang potehi pun sedikit sirna.

Ditambah lagi meredanya pandemi, membuat grup wayang potehi pimpinan Thio Haouw Liep mendapatkan order di beberapa tempat.

Thio Haouw Liep sangat berharap wayang potehi tetap bertahan meski di tengah gerusan zaman.

"Saya hanya ingin melestarikan budaya, jangan sampai wayang potehi hilang. Karena wayang potehi merupakan warisan budaya leluhur kami," paparnya.

Adapun Nova Riyanto (16) satu di antaranya anak didik Thio Haouw Liep, bahkan ingin menjadi dalang wayang potehi.

Meski hanya lulusan SMP, namun Nova sadar wayang potehi akan hilang jika tidak ada yang meneruskan.

Nova melihat wayang potehi pertama kali di Semawasi Kota Semarang, beberapa tahun lalu.

"Awalnya melihat pak Thio Haouw Liep tampil, saat itu saya tertarik. Kemudian saya menemui beliau agar diajarkan," paparnya.

Ditambahkannya, tak hanya ia yang berminat belajar menjadi dalang wayang potehi.

Beberapa rekannya juga berbondong-bondong datang ke tempat Thio Haouw Liep untuk belajar.

Hampir satu tahun ia mendalami musik wayang potehi, dan beberapa bulan terakhir Nova belajar menjadi dalang.

"Kalau tidak ada yang meneruskan pasti wayang potehi hilang, wayang potehi bukan hanya boneka namun lebih ke pelestarian budaya," tutur Nova.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved