Berita Jateng

Cerita Lengkap Korban Penganiayaan Oknum TNI Yonif 411/Raider Salatiga: Dijemput Dibawa ke Markas

Cerita Lengkap Korban Penganiayaan Oknum TNI Yonif 411/Raider Salatiga: Didatangi Kelompok Berseragam Loreng saat Bekerja

Istimewa
Juru bicara tim kuasa hukum, Totok Cahyo Nugroho (dua dari kiri), bersama tiga korban luka dugaan pengeroyokan oleh oknum anggota TNI Yonif 411/Raider Salatiga, saat berada di kediaman almarhum Argo Wahyu Pamungkas (AWP), rekan mereka yang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. 

"Memang saya sempat melihat dia (Pratu RW -red) di bagian bawah mulut terdapat luka."

"Jadi, tidak ada istilah kami mengeroyok, yang ada hanya perkelahian dan kami justru berusaha memisahkan mereka,” kenangnya.

Setelah peristiwa perkelahian itu, sambung Ali, kelimanya kembali melanjutkan pekerjaan, serta sama sekali tidak berpikir senggolan kendaraan dan perkelahian AWP dan anggota TNI itu akan berbuntut panjang.

Dijemput pria berseragam loreng, dibawa ke markas tentara

Namun, selang beberapa waktu bekerja, sekitar pukul 14.30 WIB, kelimanya dikejutkan oleh kedatangan beberapa pria berseragam loreng yang mencari keberadaan mereka.

Setelah menemu apa yang dicari, sekelompok pria berseragam loreng dan bebadan tegap itu langsung melakukan tindak kekerasan.

Dituturkan, tindak kekerasa yang mereka alami terekam dalam CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Bahkan, kini video rekaman CCTV tersebut telah beredar luas di jagad maya.

“Kita langsung dibawa oleh rombongan tersebut ke markas kesatuan mereka, hingga peristiwa kekerasan terjadi."

"Singkat cerita, sekitar sebelum maghrib, kami dibawa ke RST dr Asmir Salatiga untuk mendapatkan perawatan luka,” urainya.

Bukan preman dan tak dalam kondisi mabuk

Ali mengatakan saat peristiwa nahas terjasi, mulai dari senggolan kendaraan, hingga dijemput dan dibawa ke markas, mereka dalam kondisi sepenuhnya sadar dan tidak dalam kondisi mabuk terpengaruh minuman keras.

Karena itu, Ali mewakili rekan lain yang menjadi korban luka juga mengaku keberatan apabila terdapat narasi yang menyebut bahwa mereka adalah gerombolan preman dalam kondisi mabuk alias terpengaruh minuman keras dan melakukan pengeroyokan terhadap anggota TNI.

“Kami ke sana dalam rangka bekerja. Jadi tidak benar kalau kami disebut preman, apalagi dalam kondisi mabuk."

Ali juga menegaskan, dalam insiden senggolan kendaraan tersebut, Pratu RW dan istri tidak terjatuh.

Halaman
1234
Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved