Berita Semarang
Diaspora Sarjana NU: Santri Menembus Batas Tradisi, Berkontribusi untuk Negeri
Diaspora sarjana NU dari berbagai benua, menyumbangkan pemikirannya untuk berkontribusi membangun negeri, melalui disiplin keilmuan masing-masing.
“Kita tidak bisa meniru sepenuhnya. Ada kondisi-kondisi yang berbeda,” ucap dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta ini.
Agus Hidayatullah mengatakan saat ini terdapat sekitar 14.000 mahasiswa Indonesia di Mesir.
“Bagaimanapun kita lahir di lingkungan NU, kita tak bisa melupakan tempat kita bertumbuh,” ucap alumni TBS Kudus itu.
Di sisi lain, Syahril menyoroti keberagaman pangan lokal di Indonesia yang justru belum dimaksimalkan.
“Ada puluhan ribu pangan lokal dengan berbagai perbedaan nutrisi. Narasi pangan lokal perlu disemarakkan, jadi yang di luar Jawa jangan dipaksa makan nasi. Ini bagian dari ketahanan pangan,” paparnya.
Kontribusi untuk Negeri
Ketua PW ISNU Jateng, Dr. Fakhrudin Aziz, mengatakan sarjana santri tidak boleh absen dari pembangunan bangsa.
“Kompleksitas persoalan yang terjadi di Indonesia harus dilihat sebagai tantangan,” ucapnya.
Sambung rasa diaspora ini, ujar dia, merupakan upaya merajut asa agar ISNU berdaya dan berdampak bagi kemajuan bangsa.
“Sarasehan ini bagian dari ikhtiar ISNU Jateng membangun jejaring internasional dengan diaspora sarjana NU di berbagai benua,” ujar dosen UIN Walisongo Semarang ini.
“Harapannya, ada tindak lanjut setelah ini: terbentuk forum bersama diaspora dan ISNU Jateng. Jadi ini bukan akhir, tapi permulaan, karena selanjutnya masih banyak agenda riil yang bisa kita lakukan bersama,” sambungnya.
Dengan begitu, menurut Aziz, diaspora NU dan sarjana NU di Tanah Air bisa berkolaborasi menawarkan solusi atas berbagai persoalan di Indonesia sesuai bidang keilmuan masing-masing.
Turut hadir secara daring dalam kesempatan itu Prof. Dr. Musahadi yang mewakili PW NU Jateng, serta Sekretaris Umum PP ISNU Wardi Taufik.
“Dunia pesantren kini sedang panen doktor dan profesor, ini sesuatu yang positif,” kata Prof. Musahadi.
Sementara, Wardi Taufik menyatakan, “Kita lahir dari rahim pesantren, menyeberang laut, berdiaspora. Karena itu, diaspora sarjana NU itu bukan hanya perantau, tapi duta ilmu. Diharapkan sepulang ke Tanah Air membawa dampak dan daya untuk membangun bangsa.” (*)
| Dorong Perempuan Daerah Berkarya Melalui PaPeda, Ini yang Dilakukan Indosat |
|
|---|
| Grand Opening Klamby di Semarang, Dimeriahkan Psikolog Analisa Widyaningrum |
|
|---|
| Polda Jateng Digugat Advokat, Ahli Ungkap Fakta dalam Sidang |
|
|---|
| DPRD Jateng Temui Massa Aksi Aliansi Mahasiswa Semarang Raya, Asrar Janji Sampaikan Aspirasi |
|
|---|
| Pegadaian Kanwil XI Semarang Gelar Khitan Massal, 200 Anak Dikhitan Gratis dengan Metode Modern |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/zoom-diaspora-sarjana-nu-23or2.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.