Berita Ungaran
Keseruan Murid KB–TK Roudlotul Abidin Belajar Mengenal Batik Sejak Dini
Anak-anak peserta didik KB–TK Roudlotul Abidin Blanten, Kabupaten Semarang, antusias menggambar berbagai motif batik di atas kertas.
TRIBUNMURIA.COM, UNGARAN - Anak-anak peserta didik KB–TK Roudlotul Abidin Blanten, Nyatnyono, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, tampak tekun menggambar pola batik pada sebuah kertas.
Lembaga pendidikan itu berupaya mengenalkan batik sejak dini. Pengurus Yayasan Roudlotul Abidin bidang pendidikan, Suparti, menekankan pentingnya menanamkan nilai budaya kepada anak-anak sejak usia dini.
Menurutnya, batik bukan hanya selembar kain bermotif indah, tetapi juga menyimpan sejarah, filosofi, dan jati diri bangsa. Disebutkan, batik merupakan salah satu warisan budaya nusantara yang diakui dunia.
Baca juga: Belajar Membatik Bersama, Cara Anak Panti Asuhan Yatim di Kudus Peringati Hari Batik Nasional
Baca juga: Museum Batik Pekalongan Terima Kain dan Selendang Batik Sumbangan Keluarga Bung Hatta
Pada 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
"Kami menggelar peringatan Hari Batik Nasional dengan berbagai kegiatan edukatif dan kreatif, dengan tema 'Batikku, Identitasku, Cinta Budayaku', yang diikuti oleh seluruh murid, guru, dan wali murid."
“Melalui kegiatan ini, kami berharap anak-anak mengenal dan mencintai budaya leluhur mereka sejak dini,” ujar Suparti, dalam keterangannya, Minggu (26/10/2025).
Kepala Sekolah KB–TK Roudlotul Abidin, Emie Zulianingsih Rakhmayanti, mengapresiasi keterlibatan semua pihak dalam perayaan ini. Ia memuji para murid dan orang tua yang tampil memukau dengan busana batik warna-warni.
“Kami ingin menanamkan rasa bangga mengenakan batik, tidak hanya pada momen tertentu, tetapi juga dalam keseharian,” kata Emie.
Ia menjelaskan bahwa batik yang dikenakan menggambarkan beragam motif dari berbagai daerah, masing-masing dengan makna dan nilai luhur yang mencerminkan keberagaman budaya Nusantara.
“Dari batik Pekalongan yang cerah, hingga batik Yogyakarta yang sarat filosofi, semuanya menunjukkan bahwa batik adalah simbol persatuan dalam keberagaman,” tambahnya.
Antusias mengenal batik
Dalam kegiatan tersebut, para murid tampak antusias mempelajari motif batik seperti Parang, Kawung, Poleng, hingga batik cap dan ecoprint. Mereka berkreasi menggunakan kertas dan cat sebagai media praktik untuk mengenal pola dasar batik.
Menurut Emie, dukungan orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal, termasuk melalui kegiatan sederhana di rumah seperti mengenalkan motif daerah atau berkreasi dengan kain batik.
“Sebagai institusi pendidikan usia dini, kami berkomitmen untuk turut melestarikan budaya bangsa, dimulai dari langkah kecil: memakai batik dengan bangga,” ujarnya.
Perwakilan orang tua murid, Agus Wibowo, juga mengapresiasi komitmen sekolah dalam mengenalkan batik kepada anak-anak.
“Menanamkan kecintaan pada batik sangat penting agar anak-anak tumbuh dengan rasa bangga terhadap budaya Nusantara,” pungkasnya. (*)
| Ihwal Gebyar PAI, Wabup Semarang: Komitmen Cetak Generasi Bangsa Terdidik |
|
|---|
| Masjid Roudlotul Abidin Blanten Bagikan 600 Kg Daging Kurban, Panitia: Syukuri Nikmat Allah |
|
|---|
| Arus Kendaraan dari Arah Semarang ke Solo Padat, Polisi Terapkan Sistem One Way |
|
|---|
| Outing Class ke Cimory, Kepala PAUD An-Nahl Preschool Ungaran: Bagian dari Pendidikan Inklusif |
|
|---|
| Arfin Tolong 5 Pemotor yang Jatuh karena Jalan Rusak dan Berlubang di Jalan Gatot Subroto Ungaran |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.