Berita Jateng
Food Estate Holtikultura di Temanggung dan Wonosobo Gagal, Proyek 'Omon-omon' untuk Kejar Panggung
Proyek ambisius food estate hortikultura di Temanggung dan Wonosobo, dinilai hanya sekadar untuk cari panggung. Proyek gagal yang jadi 'omo-omon' saja
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
Rencana besar Kementan soal food estate di Wonosobo ternyata gagal total. Petani Lamuk Andi menilai, food estate merupakan program cari panggung.
Dia menganggap food estate sekedar proyek cari panggung karena beberapa alasan. Di antaranya pemaksaan program tersebut di Lamuk.
Pemaksaan program food estate ditandai dengan tanam cabai yang dilakukan pada bulan Desember padahal bulan tersebut bukanlah masa tanam cabai.
“Food estate akhirnya dipaksakan terjadi meskipun harus melawan musim,” tuturnya.
Akibat melawan musim, lanjut andi, hasil panen di lahan food estate tidak sesuai harapan.
“Dari luasan lahan tersebut, hanya 4 hektare lahan yang berhasil, sisanya gagal,” terangnya.
Di tengah kegagalan panen tersebut, para petani juga sempat dibuat jengkel oleh offtaker (pihak yang membeli hasil produksi dari sebuah proyek yang sedang berjalan atau telah selesai) yang langsung menyodorkan tawaran kontrak kepada petani.
Menurut Andi, petani di desanya adalah petani yang tumbuh secara alami yang terbiasa berspekulasi.
Oleh sebab itu, petani menolak ketika ada perusahaan/offtaker menawarkan kontrak pembelian cabai Rp12 ribu per kilogram di awal masa tanam.
Alasan petani menolak karena terjadi selisih harga yang cukup signifikan ketika masa panen.
Hal itu terjadi selama program. Kala itu, harga cabai di offtaker dipatok Rp12 ribu per kilogram sedangkan di pengepul tingkat kampung diharga Rp16 ribu per kilogram.
“Seharusnya ambil jalan tengah, offtaker membeli dengan harga tak berbeda jauh dari harga pasaran terbaru,” sarannya.
Melihat kondisi tersebut, Andi menyebut, program food estate yang diharapkan petani meningkatkan harga jual komoditas tetapi kenyataannya tidak seperti itu.
Mereka akhirnya sepakat untuk tidak melanjutkan penjualan ke offtaker.
“Food estate program macam apa? soal harga saja masih kalah dengan tengkulak,” keluhnya.
| Konsolidasi ISNU se-Jateng: Rumuskan Program Prioritas dan Tata Kelola Organisasi |
|
|---|
| Sambung Rasa Diaspora NU di 5 Benua, ISNU Jateng: Kontribusi Santri untuk Kemajuan Negeri |
|
|---|
| Rakor di Semarang, Kemendagri Ingin Pastikan Kepala Daerah di Jateng Gerakkan Siskamling |
|
|---|
| Ramai Isu Pemekaran Provinsi Jateng, Respons Gubernur Ahmad Luthfi Singgung Arahan Pusat |
|
|---|
| Masa Angkutan Lebaran, Ini Stasiun dengan Keberangkatan dan Kedatangan Pemudik Terbanyak di Daop 4 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/petani-bansari-temanggung-mengolah-lahan.jpg)