Berita Kudus

Yang Tersisa dari Bedah Buku 'Antawacana di Sunyi Kurusetra' di ODM: Tak Ada Cerita yang Sia-sia

Apa yang tersisa dari bedah buku 'Antawacana di Sunyi Kurusetra'? Percayalah, tak ada cerita yang diproduksi sia-sia.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Rifqi Gozali
Bedah buku Antawacana di Sunyi Kurusetra di Omah Dongeng Marwah, Kudus, Sabtu (30/9/2023). 

Apa yang tersisa dari bedah buku 'Antawacana di Sunyi Kurusetra'? Percayalah, tak ada cerita yang diproduksi sia-sia.

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS – Tak ada satu cerita pun yang telah diproduksi sia-sia. Itulah ungkapan Saroni Asikin dalam bedah buku berjudul Antawacana di Sunyi Kurusetra (AdSK) di Omah Dongeng Marwah (ODM) Kudus, Sabtu (30/9/2023).

Mula-mula sebelum bedah buku yang dihadiri oleh sejumlah orang dari berbagai latar belakang ini dimulai, disajikan penampilan dongeng yang dibawakan seorang bocah berusia 8 tahun.

Setelahnya ada penampilan dari Orion alumni ODM dan Dwi pendamping ODM membacakan satu cerpen yang yang terkandung di dalam buku yang akan dibedah.

Dalam bedah buku karya Achiar M Permana tersebut selain Saroni Asikin sebagai pembedah, juga dihadiri Jimat Kalimasadha yang juga sebagai pembedah.

Keduanya secara tegas membedah dan melucuti 12 cerita pendek yang dikodifikasi dalam sebuah buku berjudul Antawacana di Sunyi Kurusetra.

Jimat misalnya, mula-mula dia dengan gamblang berkata jika penulis buku AdSK adalah sosok yang sangat gandrung dengan dunia wayang yang kisahnya termaktub dalam epos Mahabarata maupun Ramayana.

Itu bisa dilihat dari berbagai karya Achiar yang tidak jauh-jauh dari dunia pakem pewayangan.

Terbukti dua karya Achiar sebelumnya berupa kumpulan esai yang berjudul Dusta Yudistira, Awas Hoax Bertakhta di Media Kita dan kumpulan puisi berjudul Sepasang Amandava menjadi bukti bahwa wayang sudah menjadi bagian dari hidup Achiar.

Itu semua terkonfirmasi dari pengakuan Achiar bahwa wayang sudah mengisi ruhaninya sejak dia masih kecil saat di kampung halamannya di Pati.

Dia sudah gandrung dengan pementasan wayang yang rutin dipentaskan dan merupakan bagian dari ritus sedekah bumi di desanya.

Dan kegandrungannya akan wayang masih terawat hingga kini.

Jimat yang juga acap kali menulis cerpen itu menjelaskan, bahwa beberapa cerita Achiar dalam buku tersebut menggantung.

Tanpa ada solusi. Seolah-olah masalah dan teka-teki dalam cerita tersebut dilempar pada pembaca.

Di sisi lain, lanjut Jimat, Achiar juga melibatkan pergulatan batin yang seolah-olah pembaca juga diharapkan turut serta dalam pergulatan tersebut.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved