Berita Kudus

Pengunjung Berasa Nostalgia Masuk Lokasi Dandangan Kudus

Tradisi Dhandangan ataupun Dandangan awalnya adalah tradisi kuno untuk menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan. 

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Daniel Ari Purnomo
Rezanda Akbar
Sejumlah orang memadati lokasi tradisi Dandangan Kudus. 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Tradisi Dhandangan ataupun Dandangan awalnya adalah tradisi kuno untuk menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan. 

Nama Dandangan diambil dari suara bedug di Masjid Sunan Kudus ketika ditabuh untuk menandai awal puasa Ramadhan. 

Pada mulanya Dandangan adalah tradisi para santri berkumpul menunggu pengumuman dari Sunan Kudus terkait penentuan waktu pelaksanaan Puasa Ramadan.

Baca juga: Tiga Tahun Vakum, Pengunjung Antusias Datangi Dandangan Kudus, Pelaku UMKM Raup Untung

Seiring berkembangnya zaman, tradisi tersebut menjelma menjadi pasar rakyat yang ramai dipadati para pengunjung. 

Berbagai wahana bermain seperti tong stand, komedi putar, hingga rumah hantu turut memeriahkan festival Dandangan

Beberapa pedagang juga ikut meramaikan dengan menjajakan berbagai jenis kuliner daerah, permainan tradisional, dan kerajinan lainnya. 

Tradisi tersebut terus berjalan tiap tahunnya, namun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tradisi sempat berhenti karena Pandemi Covid-19. 

Tradisi rutinan tiap tahun itu, selalu membawa memori dan nostalgia para pengunjungnya. 

Dari generasi ke generasi tradisi Dandangan selalu diminati oleh masyarakat. 

"Tradisi Dhandangan ini biasanya sebelum bulan Ramadan, tradisi ini selalu dipadati pedagang. Dari wahana permainan hingga pedagang makanan," ucap Diana Eka Yuli, warga Pati yang sempat tinggal di Kudus, Sabtu (18/3/2023). 

Diana yang berangkat bersama keluarganya, mengaku bahwa hal yang paling ditunggu saat momen Dhandangan adalah nuansanya. 

Menurutnya, nuansa Dandangan membawa ingatannya bernostalgia semasa dirinya masih anak-anak. 

"Kangennya Dhandangan karena nuansa. Mengingatkan kenangan masa kecil, karena sebelum berpuasa mengingat tradisi Dhandangan Kudus," tuturnya. 

Beberapa hal yang menjadikan nostalgia lengkap adalah para pedagang kreweng ataupun gerabah hingga kapal otok-otok, mainan jadul yang masih eksis. 

Ketika melihat pedagang mainan tersebut, seolah mengundang kembali ingatan lalu tentang semarak Ramadan. 

Satu diantara pedagang kreweng yang masih eksis yakni Hartati.

Berbagai macam mainan dari tanah liat dipajang di kiosnya seperti mainan pasaran hingga celengan berbentuk tokoh wayang semar, ayam, spongebob dan tokoh kartun lainnya. 

"Harganya mulai Rp3000-an perbijinya. Sehari bisa laku lebih dari 50an barang," kata Hartati. 

Biasanya, pembeli kerajinan gerabah yang dijual Hartati sebagian dari warga Kudus hingga luar Kudus

"Senang ada tradisi Dhandangan kembali, karena bisa jualan. Tiga tahun kemarin sempat berhenti," ujarnya. (Rad) 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved