Dugderan 2023

Kisah Pedagang Tembikar Asal Jepara di Dugderan Semarang, Gelar Lapak Diturunkan Turun Temurun

Lutfi (32) merupakan satu di antara pedagang tembikar musiman yang sengaja datang ke Kota Semarang. Ia mencoba mengadu nasib di Pasar Rakyat Dugderan

Penulis: Budi Susanto | Editor: Muhammad Olies
Tribunmuria.com/Budi Susanto
Penjual tembikar musiman di Aloon-aloon Masjid Agung Semarang, tengah menata dagangannya, Kamis (16/3/2023). 

Lutfi mengaku, berapa pun pendapatan saat berdagang tetap ia syukuri.

Meski sepi atau ramai, ia tetap berdagang dan ikut meramaikan Dugderan di Kota Semarang.

Kegiatan yang ia lakoni tersebut telah jadi tradisi keluarganya.

"Almarhum ayah saya juga mengatakan hal tersebut, jadi saya teruskan sampai sekarang," imbuhnya.

Lutfi berujar, Dugderan tahun ini jadi awal ia berdagang tembikar di Aloon-aloon Masjid Agung Semarang.

Pasalnya saat pandemi Covid-19, Dugderan di Kota Semarang ditiadakan.

"Tapi saya akui, tembikar mainan anak tahun ini memang sepi peminat, beda dengan beberapa tahun lalu. Apapun itu saya syukuri, karena berdagang tak hanya cari rezeki melainkan juga ibadah," terang Lutfi sembari menunggu pembeli.

Jika pedagang tembikar sepi peminat, lain halnya dengan pedagang kuliner khas timur tengah, yang membuka lapak di Pasar Rakyat Dugderan.

Kudapan khas seperti nasi maroko hingga nasi kebuli ramai diserbu pengunjung.

Di lapak Firdaus (33) misalnya, setiap hari 50 pack nasi maroko diburu pembeli yang datang ke Aloon-aloon Masjid Agung Semarang.

Firdaus pun menganggap Dugderan jadi momentum obawa berkah baginya.

"Alhamdulillah ada saja pembeli di lapak saya, mungkin karena jarang yang me jual kuliner khas timur tengah. Kalau ramai saya jadi semangat memasak," tandasnya.

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved