Berita Jateng

Marak Isu Kasus Penculikan Anak, Kriminolog: Bisa untuk Dijadikan Pengemis hingga Dijual Organnya

Kriminolog Untag Semarang, Bambang Joyo Supeno mengatakan, kasus itu sepatutnya menjadi pemantik bagi kepolisian untuk mengintensifkan patroli.

Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Muhammad Olies
Istimewa
Lokasi percobaan yang dialami anak SD di Kota Semarang, Senin (30/1/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG -  Bocah perempuan kelas 5 SD di Pedurungan, Kota Semarang nyaris menjadi korban penculikan.

Ia dibujuk rayu oleh dua orang dewasa tak dikenal dengan iming-iming permen.

Beruntung, bocil itu menolak sehingga aksi penculikan dapat digagalkan warga.

Kriminolog Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Bambang Joyo Supeno mengatakan, kasus itu sepatutnya menjadi pemantik bagi kepolisian untuk mengintensifkan patroli.

Aparat penegak hukum harus memberikan keamanan anak sebagai skala prioritas.

Upaya-upaya langkah pencegahan perlu digalakkan dengan patroli keliling dari sekolah ke sekolah yang terhitung rentan terjadi penculikan.

"Kasus penculikan meski terjadi hanya satu atau dua kasus itu meresahkan masyarakat, berbeda dengan kasus korupsi mau miliaran rupiah tidak terlalu meresahkan," ujar Bambang Joyo Supeno saat dihubungi Tribun Jateng, Selasa (31/1/2023).

Menurutnya, penculikan anak dilakukan untuk dimanfaatkan tiga hal yakni perdagangan orang, pemanfaatan sosial ekonomi seperti dijadikan pengemis,  hingga dimanfaatkan organ tubuhnya.

Artinya, kasus penculikan dapat terjadi didorong oleh kebutuhan ekonomi. 

Apalagi kondisi ekonomi saat ini yang sedang anjlok.

Jika menelusuri faktor lain kecil kemungkinan terjadi semisal dari faktor kejiwaan maupun biologis.

"Semuanya bermuara pada kebutuhan ekonomi pelaku," terang Bambang Joyo Supeno.

Baca juga: MIRIS! Nenek Renta Sebatang Kara di Jepara Jadi Korban Perampokan, Uang Rp 800 Ribu Raib

Baca juga: Teriakan Bocah 5 SD Gagalkan Percobaan Penculikan Anak di Gemah Pedurungan Semarang

Baca juga: Marak Isu Penculikan Anak di Pekalongan, Ini Lima Panduan Agar Tak Jadi Korban

Ia menilai, anak lingkungan perkotaan yang paling rentan menjadi sasaran penculikan adalah anak sekolah SD yang berangkat dan pulang sekolah tanpa pengawasan orangtua.

Anak-anak sekolah SD tanpa pengawasan menjadi sasaran empuk untuk didekati dengan modus diberikan uang, permen maupun benda lainnya.

"Untuk masyarakat perkotaan, jam berangkat dan pulang sekolah adalah waktu yang rentan terjadi penculikan," bebernya. 

Ia menambahkan, keluarga perlu melakukan pengawasan terhadap para anaknya terutama saat berangkat dan pulang sekolah maupun saat bermain.

Selain itu, masyarakat hendaknya melakukan pengawasan secara sistematis yakni satu sama lain saling  melakukan pengawasan.

Warga diminta jangan terlalu mengandalkan kamera CCTV saja lantaran alat tersebut hanya bagian dari perangkat yang berfungsi hanya mendeteksi.

"Tapi paling penting sih orang tua khususnya dalam memberikan edukasi ke anak dalam menyikapi pergaulan sosial," ucap Bambang Joyo Supeno

Informasi yang dihimpun Tribun Jateng, seorang bocah perempuan di Kota Semarang nyaris menjadi korban penculikan

Beruntung siswi SD berusia 11 tahun ini melawan dan pelaku kabur.

Peristiwa penculikan itu terjadi pada Senin (30/1/2023) sekira pukul 17.45 WIB.

Lokasi di daerah Jalan Karanglo, Kelurahan Gemah, Pedurungan.

Kronologi percobaan penculikan, korban sedang membeli tepung ke warung kelontong. 

Si bocah kemudian didekati oleh dua pria asing yang berboncengan menggunakan motor Yamaha Nmax bewarna hitam.

Korban Diiming-imingi permen lalu ditarik tangannya.

Namun korban berontak hingga berteriak meminta tolong.

Sontak, para warga berhamburan keluar rumah mendengar teriakan tersebut.

Warga lantas meneriaki para pelaku yang langsung kabur.

Polisi kini masih terus mendalami peristiwa itu. (Iwn)

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved