Berita Jateng

Biaya Penggarapan Sawah Terendam Banjir di Kudus Capai Puluhan Juta Rupiah, Petani Pasrah

Intensitas hujan yang tinggi dan buruknya infrastruktur perairan di persawahan Kabupaten Kudus menyebabkan 3.700-an hektare sawah terendam banjir

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Muhammad Olies
Tribun Muria/Rezanda Akbar D
Slamet Prihanto, Ketua Kelompok Tani Tunas Karya, Desa Gulang, Mejobo, Kudus membersihkan sebagian padi yang terendam banjir, , Senin (23/1/2023) 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Intensitas hujan yang tinggi dan buruknya infrastruktur perairan di persawahan Kabupaten Kudus menyebabkan 3.700-an hektare sawah petani kembali terendam banjir.

Akibatnya 3.489 hektare sawah petani mengalami puso atau gagal panen. 

Dari data yang dirilis oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, ribuan hektare sawah yang puso tersebar di sejumlah kecamatan. Mulai dari Kecamatan Jati, Mejobo, Kaliwungu, Jekulo, dan Undaan.

Kecamatan Mejobo, menjadi satu lokasi yang areal persawahannya terdampak cukup parah.

Para petani hanya bisa pasrah menunggu uluran tangan pemerintah.

Di Desa Gulang Mejobo saja misalnya terdapat 700-an hektare sawah yang terendam banjir. Rinciannya 250 hektare untuk padi dan sisanya tambak serta lahan tidur.

"Mau bagaimana lagi, kondisi sudah seperti ini, air juga belum surut. Kalau air masih mengendap juga tidak bisa tanam selain itu modal untuk menggarap ulang sawah juga besar, kalau kaya gini petani sangunya bodrek (obat pusing)," ucap Slamet Prihanto, Ketua Kelompok Tani Tunas Karya, Desa Gulang, Mejobo, Kudus, Senin (23/1/2023).

Baca juga: Siap-siap, Vaksin Booster Kedua di Kudus Dimulai 24 Januari, Diperuntukkan Warga Usia Ini

Baca juga: Polisi Tangkap 8 Pemuda yang Serang dan Bacok Kelompok Lain di Pasar Dargo Semarang

Baca juga: FX Rudy PDIP Solo Beri Restu Jika Gibran Anak Jokowi Maju Pilgub 2024

Senyum dari pria ramah tersebut tenggelam, saat dirinya merinci biaya tambahan yang harus dia keluarkan secara mandiri untuk mulai menggarap sawahnya.

Jari jemarinya mulai menghitung biaya tambahan yang harus dia keluarkan untuk membersihkan sawah, mengolah lahan, membeli bibit dan pupuk, bantuan tenaga, mengatasi hama, biaya operasional hingga biaya tidak terduga.

"Sekitar Rp 20 juta-an untuk menggarap satu hektare sawah hingga bisa kembali panen. Kalau keuntungannya tergantung juga masih fifty-fifty," kata Slamet Prihanto.

Ia berharap agar pemerintah segera mengulurkan tangan untuk mengatasi permasalahan infrastuktur perairan. Di antaranya pembuatan embung dan normalisasi Sungai Jeratun.

Nantinya, air hujan tersebut bisa ditampung di dalam embung saat musim penghujan dan kemarau sehingga para petani bisa memanfaatkan untuk pengairan sawahnya.

"Kalau sudah ada Infrastruktur perairan itu, kami mau menanam jadi tenang, tidak takut tergenang banjir. Kalau sekarang mau garap juga takut kalau terjadi banjir," jelasnya. (Rad)

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved