Berita Kudus
Sosok Muhammad Zufron, Guru Tuna Netra Yang Ajarkan Tentang Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Muhammad Zufron, sosok pengajar yang memiliki keterbatasan fisik tidak bisa melihat memegang prinsip Ki Hajar Dewantara dengan sangat erat.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Raka F Pujangga
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Muhammad Zufron, sosok pengajar yang memiliki keterbatasan fisik tidak bisa melihat memegang prinsip Ki Hajar Dewantara dengan sangat erat.
Prinsip tersebut adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Arti dari kata-kata tersebut berbunyi, di depan menjadi panutan atau contoh, di tengah menjadi penjalar atau penyeimbang sepantara, dan di belakang melakukan dorongan.
Baca juga: Sepeda Listrik Semarang Parkir di Atas Guiding Block, Dinilai Rampas Hak Penyandang Tuna Netra
Prinsip itu dia gambarkan dalam kesehariannya mengajar para murid tunanetra di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra (PPSDSN) Pendowo Kudus.
Hingga saat ini, Zufron sudah mengajar 16 tahun lamanya.
Zufron mengajarkan banyak hal kepada para muridnya yakni baca tulis huruf braille, Bahasa Indonesia, hitung-hitungan, bahkan mengajarkan mengoperasikan komputer hingga mengajarkan alat musik.
Biasanya, ketika jarum jam menunjukan pukul 08.00 WIB, Zufron memulai kegiatan belajar mengajarnya.
Meski tidak dapat melihat cerahnya pagi hari, namun langkah Zufron perlahan berjalan menuju ruang kelas yang terletak di lantai dua tempat dia mengajar.
Pagi ini Zufron mengajarkan huruf braille kepada para murid-muridnya.
Buku yang berjudul sistem belajar baca braille dia ambil dari rak meja guru.
Baca juga: Antar Tugas ke Rumah Guru, Bocah 13 Tahun di Pati Dirudapaksa, Terduga Pelaku Tetangga Korban
Lembaran buku yang berisikan huruf braille dia balik, jarinya dengan perlahan meraba halaman tersebut untuk membaca isi dari buku.
Kemudian dirinya menyampaikan kepada para muridnya untuk ditulis ulang muridnya menggunakan alat yang bernama riglete.
Alat tersebut berbentuk persegi panjang, dengan lubang-lubang yang nantinya para murid akan menusukan jarum tumpul ke arah lubang untuk melobangi kertas.
Usai mengajar braille, Zufron juga mengajarkan komputer.
Sepintas komputer yang dia gunakan hampir sama seperti komputer lainnya.