Berita Jateng

Kisah Disabilitas Semarang Bisa Buka Warung dan Nabung Setelah Jadi Driver Gojek

Driver Gojek disabilitas daksa Semarang, Wahyudi (45) segera menyalakan motor matiknya.

Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Raka F Pujangga
TRIBUNMURIA / Iwan Arifianto.
Driver Gojek disabilitas daksa Semarang, Wahyudi (45) saat hendak mengantarkan pesanan Go-ride kepada konsumen di Kota Semarang. 

Ayah dua anak itu mulai jadi driver ojek online dari tahun 2017 kemudian baru bergabung dengan Gojek pada Agustus 2019.

Ia mengatakan, tak ada kesulitan menjadi driver Gojek sebab sudah terlatih menggunakan sepeda motor khususnya motor jenis matik.

Motornya juga didesain khusus supaya bekerja dengan nyaman yakni berupa besi tambahan sebagai tumpuan kaki di bagian tengah bodi motor.

Setiap orderan yang masuk baik GO-Ride, Go-Food, maupun Go-Send, dan layanan lainnya dapat dilakukan dengan baik.

"Agak kesulitan saat mengantarkan Go-Send namun saya jalani dengan sebaik-baiknya agar tidak kalah sama driver ojek online yang normal. Hal ini bagi saya  soal menunaikan kepercayaan," ungkapnya.

Baca juga: Mahasiswa STT Warga Surakarta Ciptakan Motor Listrik Bagi Penyandang Disabilitas

Baginya diberi kesempatan bekerja sebagai driver ojek online adalah kepercayaan yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya supaya menjaga performa akun yang sehat.

"Misal tidak jadi driver Gojek mau kerja apa lagi, maka saya jaga supaya akun sehat dengan bekerja keras," katanya.

Ia menyebut, supaya akun sehat maka harus melaksanakan orderan dengan sebaik-baiknya dan tidak pilah-pilih terhadap orderan.

Kendati di lapangan banyak tantangan yang bisa saja terjadi, baginya, terjang saja demi orderan.

Ia pun bercerita pernah mendapatkan orderan yang dinilai fiktif karena ada seseorang yang memesan empat bungkus bubur ayam.

Waktu itu, customer terburu- buru meminta pesanan segera dikirim. Padahal ketika itu di warung bubur sedang antre panjang karena pagi hari.

Selepas bubur jadi pesanan tetap diantar tapi pemesan tidak ada di rumah.

Ia pun melapor ke kantor Gojek bagian customer service. Selepas ditindaklanjuti ternyata customer tidak merespon pesanan tersebut.

"Akhirnya real dijadikan order fiktif,  makanan lalu diserahkan ke orang yang membutuhkan saldo saya tidak kepotong," jelasnya.

Ia biasanya berangkat bekerja dari rumahnya di Mranggen, Demak pada pukul 08.00 lalu pulang pukul 20.00 WIB.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved