Berita Temanggung
Paguyuban Beras & Penggilingan Padi Temanggung Wadul Wabup, Resah Produk Lokal Terpinggirkan
Paguyuban Beras dan Penggilingan Padi Temanggung Wadul Wakil Bupati Heru Ibnu Wibowo, Resah Produk Lokal Kabupaten Terpinggirkan
Akibatnya, selain penjualan mereka anjlok hingga 40 sampai 50 persen, harga jual beras mereka jatuh karena tidak dapat bersaing dengan beras yang berasal dari luar daerah.
Oleh sebab itulah, mereka meminta agar Pemkab Temanggung segera mengambil langkah konkrit sebagai jalan tengah atas masalah yang tengah menghimpit itu.
“Ya sejak dua tahun lalu setelah program BPNT dimulai kami merasakan sekali adanya penurunan penjualan beras lokal."
"Memang harga sedikit mahal, tapi mutu dan kualitasnya di atas beras luar daerah yang didistribusikan kepada KPM, aromanya wangi."
"Kami hanya ingin program BPNT berjalan sesuai tujuan pemerintah pusat, yakni memberdayakan masyarakat sekitar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,” desaknya.
Sementara itu, Ismadiyono (62), salah seorang petani asal Desa Karangtejo, Kecamatan Kedu berharap agar nasib para petani padi lokal segera menemui titik terang.
Senada dengan Arief, ia juga mengaku harga gabah mereka anjlok semenjak adanya program BPNT, sekitar 2 tahun belakangan.
Penyebabnya adalah produksi gabah mereka kurang terserap dan tidak bisa bersaing akibat banyaknya beras asal luar daerah yang masuk ke Temanggung.
“Sejak dua tahun terakhir harga gabah yang dahulu mencapai Rp4.500 per kilogram hanya laku sekitar Rp4.000 saja per kilogramnya."
"Ini tidak bisa menutup biaya operasional menggarap lahan sampai panen, misal untung sangat tipis sekali. Kami mendesak pemerintah setempat peka atas apa yang kami rasakan,” akunya.
Menanggapi keluhan pedagang beras dan petani tersebut, Wabup Temanggung, Heri Ibnu Wibowo mengaku ikut prihatin atas dagangan beras lokal milik para pedagang yang kurang begitu laku dalam beberapa tahun terakhir akibat kalah bersaing usai beras yang digunakan pada program BPNT hanya berasal dari satu supliyer saja.
Padahal, dalam Permensos juga telah diatur bahwasannya beras yang digunakan dalam program BPNT tidak harus berasal dari salah satu sumber saja. Alangkah baiknya memberdayakan produk lokal untuk mendongkrak perekonomian daerah.
“Kami tampung keluhan petani dan pedagang. Jujur, saya merasa prihatin ada fenomena seperti ini."
"Karena berdasar apa yang saya saring tadi, beras yang disalurkan kepada KPM justru tidak mengambil dari hasil pertanian lokal. Namun malah dari luar daerah."
"Jelas kalau memang itu yang terjadi di lapangan, tidak hanya pedagang saja yang dirugikan, tetapi termasuk para petani juga ikut merasakan dampaknya, gabah yang mereka hasilkan jadi kurang terserap,” tegasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/Ilustrasi-beras-petani.jpg)