Berita Temanggung

Kisah Pilu Permukiman Lenyap Tertimbun Longsor di Temanggung, Muhtarom Kenang Dusun Jumbleng

Permukiman di Dusun Jumbleng, Temanggung, lenyap tertimbun longsor 36 tahun silam. Kini, lokasi dusun tersebut menjadi hamparan perkebunan kopi warga.

Dok Humas Pemkab Temanggung
PERMUKIMAN YANG HILANG - Warga Dusun Campursari, bercengkrama di sebuah sudut permukiman setempat. Muhtarom, warga Campursari, mengenang Dusun Jumbleng tempatnya dulu tinggal, yang lenyap tertimbun longsor pada 36 tahun silam. 

Menurutnya, sebagian warga sebenarnya telah mulai mengungsi ke rumah warga lain yang dianggap lebih aman. Tujuannya adalah agar mereka terhindar dari bahaya tertimbun tanah longsor.

Namun, semua itu seolah sirna. Tepat pukul 22.00 WIB, tiba-tiba peristiwa tanah longsor yang cukup hebat terjadi.

Diawali suara dentuman keras, Bukit Seringin yang biasanya gagah menjulang, kini roboh turun hingga ke pemukiman.

Hanya dalam hitungan detik, 13 rumah warga di dusun tersebut tertutup oleh pekatnya tanah bercampur air. 

“Sebenarnya sudah ada tanda-tanda akan terjadi longsor karena hujan deras tidak kunjung reda sejak sore hingga malam hari. Tetapi, karena memang pemukiman kami berada persis di bawah bukit, tidak ada waktu bagi kami kala itu untuk menyelamatkan diri,” kenangnya, Senin (30/6).

Tak ada aliran listrik di Dusun Jumleng kala itu. Warga hanya menggunakan lampu teplok sebagai alat penenrangan utama sehari-hari.

Walhasil, malam yang sunyi itu, tiba-tiba pecah oleh jeritan tangis minta tolong dan bunyi kentongan yang bertalu-talu. 

Seluruh warga dusun berhamburan keluar. Suasana yang hening, seketika berubah berselimut aroma mencekam.

Sedikitnya, 13 rumah warga kini telah rata oleh tanah. Termasuk di dalamnya bangunan masjid yang biasa mereka gunakan untuk beribadah.

Warga yang terhindar dari longsoran tanah berusaha memberikan pertolongan. Berharap para sanak saudara dan tetangga yang telah tertimbun material tanah masih dapat diselamatkan.

 Namun, Tuhan berkata lain. Mereka justru menemukan 30 jasad yang telah berselimut pekatnya tanah.

“Waktu itu kami berada di teras rumah sambil mengumandangkan adzan sebelum bencana terjadi. Alhamdulillah, saya, bapak, dan pak dhe saat itu bisa selamat meskipun itu tidak mudah."

"Lumpur sudah mengubur tubuh saya. Meski terdorong tanah dan puing-puing rumah yang terus mendesak, namun saya berusaha sekuat tenaga keluar ke lokasi yang aman."

"Begitu juga bapak yang berhasil diselamatkan oleh pertolongan warga. Bahkan, pak dhe saya sempat dua jam lamanya terkubur material longsor,” bebernya. 

Usai berhasil lolos dari maut, Tarom hanya mampu melihat lalu lalang warga yang berhamburan menyelamatkan diri sembari mencari tempat yang lebih aman.

Halaman
123
Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved