Berita Semarang
Cerita Dokter Putri dari Papua, dari Relawan Vaksin Merdeka hingga Masuk Polri melalui Jalur SIPSS
Berawal dari menjadi relawan COvid-19 di Wisma Atlet Jakarta, dokter Marlina Putri Purnamasari Pekpekai tertarik jadi perwira Polri melalui SIPSS.
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG – Berawal dari jadi sukarelawan Covid-19 di Wisma Atlet Jakarta, dokter Marlina Putri Purnamasari Pekpekai, puteri asli Papua, tertarik menjadi anggota Polri dari jalur Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) 2025.
Setelah lulus dari SIPSS dan menjadi perwira pertama Polri, dokter Putri ingin mengabdi di tanah kelahirannya. Seperti apa kisahnya?
Baca juga: Mahasiswa S2 Kriminologi UI Musyaffa Rafdi Ikut Seleksi SIPSS Polri: Ingin Pecahkan Kasus Sulit
Baca juga: Pimpin Pembukaan Pendidikan SIPSS 2025, Ini Pesan Gubernur Akpol untuk Sarjana Calon Perwira Polri
Dokter Marlina Putri Purnamasari Pekpekai (29) lolos seleksi Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) tahun ini.
Putri, sapaan akrabnya, adalah orang asli Papua yang mendaftar SIPSS melalui Polda Papua.
Dokter Putri punya cerita tersendiri hingga memutuskan mendaftar sebagai anggota Polri lewat jalur SIPSS.
Selepas lulus Prodi Kedokteran Umum Profesi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, akhir tahun 2019 lalu, dia menjalani program internship di Papua.
Lokasinya di RS AL di Merauke dan Puskesmas Karang Indah Merauke.
Selesai program itu, dia mendapat pesan dari kawannya sesama dokter.
“Saya posisi ketika itu sedang pengurusan STR (Surat Tanda Registrasi) di Jakarta, senior saya bilang lewat WA, kami masih kurang orang sebagai relawan tenaga medis Covid-19 di Wisma Atlet (Jakarta), apakah mau bergabung atau tidak?” kata dokter Putri, dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025).
Mendapat tawaran itu, tanpa banyak pertimbangan, dia mengiyakan bergabung.
Menurutnya, kondisi ketika itu tenaga medis sangat dibutuhkan untuk menangani pasien yang jumlahnya begitu banyak.
Sebagai dokter, tenaga medis, hatinya tergugah menolong sesama.
Putri menghabiskan waktu sekira 6 bulan menjadi relawan di Wisma Atlet Jakarta yang ketika itu digunakan sebagai RS Darurat penanganan pasien Covid-19.
Seharinya, bekerja shif, rata-rata 9 jam namun seringkali juga mencapai 12 jam per hari.
“Selama itu (per shif) pakai baju Covid itu (APD) tanpa bisa kami buka."
"Itu hectic banget, apalagi kalau jaga di bagian critical, satu dokter umum ambil 3 lantai (bertanggung jawab) satu lantai isinya bisa puluhan pasien, dari yang ringan sampai berat,” sambung Putri yang berulang tahun tiap 18 Oktober itu.
Tugas sehari-hari di sana berinteraksi dengan para pasien menanyakan kondisi dan keluhannya.
Suatu waktu, ada pasien kategori ringan yang tiba-tiba drop, nafasnya memberat. Posisinya di lantai atas.
“Itu pasien di atas lantai 10 lah kira-kira, sementara IGD di tower bawah."
"Nah untuk menurunkan pasien, saya lari pakai baju APD itu ada kali 4 lantai saya lari, sampai atas terengah-engah, tapi saya lebih pikir pasien saya jadi tetap saya jalani,” cerita anak pertama dari 4 bersaudara itu.
Sebab memang bangunannya didesain sebagai wisma penginapan, bukan diperuntukan untuk perawatan medis, Putri menyadari betul berbagai kendalanya.
“Seperti mobilisasi pasien agak susah kan,” ungkap Putri, saat berada di komplek Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang.
Selesai jadi relawan di Wisma Atlet Jakarta, Putri kembali jadi relawan medis di organisasi non-profit bernama Yayasan Tunas Bhakti Nusantara."
"Bersama teman-teman dokternya, Putri mendapat tugas sebagai relawan vaksinasi di Polres Metro Bekasi.
“Saat itu namanya Vaksin Merdeka,” kata Putri.
Sehari-hari, bersama dokter dari Urminkes Polres Metro Bekasi dan tim, Putri bertugas melakukan pengawasan vaksinasi yang sedang berjalan.
Dari situlah, dia mulai banyak berinteraksi dengan polisi, termasuk para kapolsek hingga kapolres setempat.
Putri melihat ada ketertarikan tersendiri di mana seorang dokter yang juga sebagai anggota Polri melakukan tugas pengabdiannya.
Berinteraksi dengan masyarakat, sekaligus juga mengabdikan diri di profesi kesehatannya.
“Dari situ saya tertarik, ternyata tupoksi polisi nggak hanya atur lalu-lintas, nangkep penjahat, tapi ternyata banyak banget."
"Ini soal vaksinasi juga harusnya tenaga kesehatan tapi Polri yang turun tangan. Ini jadi motivasi saya, tidak hanya ketemu pasien tetapi juga lebih sering berinteraksi dengan masyarakat (dokter polisi),” jelasnya.
Putri bersyukur bisa lolos seleksi dan menjalani pendidikan SIPSS Gelombang I tahun 2025 ini yang resmi dibuka Kamis (6/3/2025).
Dia ingin ketika selesai menjalani pendidikan dan jadi perwira Polri, bisa bertugas kembali di tanah kelahirannya, Papua.
“Dari segi kesehatan Papua masih kurang lah, tenaganya memang banyak tapi pemeratannya yang belum sama."
"Ini jadi semangat saya untuk mengabdi di tanah kelahiran saya di Papua,” tandasnya. (*)
Pegadaian Kanwil XI Semarang Gelar Khitan Massal, 200 Anak Dikhitan Gratis dengan Metode Modern |
![]() |
---|
Ontosoroh Modern dalam Monolog ‘Paramita’ Teater HAE Semarang, Peringati Seabad Pramoedya |
![]() |
---|
Rekomendasi 5 Barbershop Terbaik di Semarang, Apa Saja? Simak Daftarnya |
![]() |
---|
Ihwal TNI Masuk Kampus, Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang: Seperti Zaman Orde Baru |
![]() |
---|
HUT ke-124 Pegadaian 'Meng-Emas-kan Indonesia', Edy: Terus Jadi Solusi Keuangan Masyarakat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.