Berita Jepara

Update Longsor Lereng Gunung Muria di Pakisaji Jepara: Tim SAR Gabungan Lanjutkan Pencarian Korban

Tim SAR Gabungan kembali melanjutkan pencarian terhadap korban hilang dalam bencana tanah longsor di kawasan Candi Angin, lereng Gunung Muria, Jepara.

Penulis: Tito Isna Utama | Editor: Yayan Isro Roziki
Dok BPBD Jepara
APEL SAR GABUNGAN - Tim SAR Gabungan melaksanakan apel terlebih dahulu di Posko Kalibening, Kamis (30/1/2025), sebelum melanjutkan proses pencarian sekaligus evakuasi terhadap korban yang belum ditemukan, dalam insiden tanah longsor di kawasan Candi Angin, di lereng Gunung Muria, turut Kecamatan Pakisaji, Jepara, Rabu (29/1/2025). (Dok BPBD Jepara) 

TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Pencarian terhadap korban hilang dalam bencana tanah longsor di lereng Gunung Muria, turut Kecamatan Pakisaji, Jepara, kembali dilanjutkan.

Tim SAR gabungan kembali melanjutkan upaya pencarian, Kamis (30/1/2025), terhadap korban yang hilang dalam bencana tanah longsor di Dukuh Jabung, Desa Tanjung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara, pada Rabu (26/1/2025) kemarin. 

Satu korban hilang merupakan warga Desa Suwawal Timur, Kecamatan Pakisaji.

Baca juga: BREAKING NEWS: 3 Pemuda Jepara Tertimbun Longsor saat Camping di Candi Angin Kaki Gunung Muria

Baca juga: Kronologi Tragedi Petungkriyono Telan 26 Korban, 17 Tewas 9 Orang Hilang: Longsor & Banjir Bandang

Kepala Bidang (Kabid) Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Jepara, Moh Ali Wibowo, menyampaikan upaya pencarian telah mulai dilakukan sejak pukul 06.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Menurut dia, Tim SAR Gabungan terdiri dari unsur BPBD, Basarnar, dan relawan.

"Sebelum menuju lokasi dari posko Kali Bening menuju lokasi longsor, kami lakukan apel terlebih dahulu," kata Wibowo kepada Tribunmuria.com, Kamis (30/1/2025).

Dalam pencarian terhadap korban hilang yang dilanjutkan hari ini, Tim SAR Gabungan menerjunkan setidaknya 32 orang personel.

"Yang naik tahap pertama setengah tim atau 16 orang, terus ada yang menyusul untuk membantu untuk peralatan yang disusulkan," ucapnya.

Dia menjelaskan bahwa untuk menuju ke lokasi tanah longsor dari posko memakan waktu cukup panjang, sekiranya empat jam perjalanan.

Tak hanya jauh, medan dan cuaca sangat mempengaruhi proses pencarian korban.

"Memang menuju lokasi longsor ekstrem sekali, jaraknya 5 kilometer, diperkirakan waktu tempuh sampai empat jam," ungkapnya.

Ia menuturkan jika sudah menemukan korban yang hilang, maka pihaknya akan segera menginformasikan.

"Kalau sudah ada titik terang nanti segera kami info. Memang proses medannya cukup ekstrim sekali, apa lagi cuaca seperti ini," ujarnya.

3 pemuda tertimbun longsor, 1 hilang 2 selamat

Sebelumnya diberitakan, bencana tanah longsor terjadi di kawasan Candi Angin, kaki Gunung Muria, turut Dukuh Jabung, Desa Tanjung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara, Rabu (26/1/2025). 

Dalam peristiwa ini, tiga pemuda yang sedang camping atau berkemah di lokasi tersapu dan tertimbun tanah longsor.

Dua korban ditemukan dalam kondisi selamat, sementara satu orang lainnya dinyatakan hilang.

Warga Dukuh Ngerbu, Jasrom, menyampaikan ketiga pemuda tersebut berasal dari Desa Suwawal Timur, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara yang hendak berkemah 

Menurut dia, bencana tanah longsor terjadi pada sekitar pukul 02.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).

"Ketiga pemuda dari Suwawal Timur, sedang ngecamp di sana, berangkatnya dari kaki Gunung Candi Angin," kata Jasrom kepada Tribunmuria.com, Rabu.

Ia menjelaskan bahwa ketiga pemuda itu berangkat pada Selasa (28/1/2025).

Sekiranya pukul 02.00 WIB, Rabu (29/1/2025), lokasi camping ketiga korban longsor setelah diguyur hujan lebat.

"Di sini mendirikan tenda, tadi pagi jam 02.00 WIB hujan lebat terus ada tanah longsor tertimbun dalam tanah longsor," ungkapnya.

Atas kejadian tersebut dari ketiga pemuda tersebut hanya dua orang saja yang selamat.

Sementara untuk satu orang masih dalam pencarian.

"Dua yang selamat, jalan kaki ke perkampungan tadi jam 13.00 WIB," katanya.

Sementara, satu korban lainnya sedang dalam pencarian.

"Tim SAT belum berani melanjutkan pencarian, ini waktunya sudah terlalu sore, lokasi jauh dari perkampungan," ungkapnya.

Senada disampaikan Pusdalop BPBD Jepara, yang menyatakan pencarian korban hilang akan dilanjutkan pada keesokan hari.

Hal ini mengingat kondisi cuara dan medan yang tak bersahabat.

"Dua orang sudah dievakuasi oleh tim SAR gabungan dalam keadaan selamat, 1 orang belum diketemukan dan pencarian akan dilanjut besok pagi karena kondisi cuaca dan medan yang sangat sulit," kata sumber di BPDB Jepara.

Idenitas korban

Berikut daftar identitas ketiga korban yang tertimbun longsor di Pakisaji, Jepara.

Korban selamat:

  1. Ariel Sugi Prastyo (18), warga Dukuh Krajan 2, Desa Suwawal Timur, RT 04/RW 04, Kecamatan Pakisaji.
  2. Muhammad Robin Syahroni (19), warga Dukuh Pakis, Desa Suwawal Timur, RT 02/RW 02, Kecamatan Pakisaji.

Korban hilang:

  1. Muhammad Nurul Adzim (18), warga Dukuh Kembul Sari, Desa Suwawal Timur, RT 05/RW 02, Kecamatan Pakisaji.

2025 belum genap 1 bulan, Jateng dilanda bencana, 27 korban tewas

Terpisah, dilansir Kompas.com, belum genap sebulan memasuki tahun 2025, Jawa Tengah telah dilanda 39 bencana alam akibat cuaca ekstrem.

Kejadian itu pun menelan korban jiwa, dengan 27 orang meninggal dunia.

Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana mengatakan, cuaca ekstrem pada awal tahun 2025 ini mengakibatkan sekitar 15 kabupaten/kota terdampak, baik berupa banjir maupun tanah longsor.   

Sementara, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng mencatat, terjadi 39 bencana alam perideo 1-27 Januari 2025.

Dari jumlah tersebut, 29 kejadian berupa banjir, 7 tanah longsor, dan 3 cuaca ekstrem. 

Sementara, data 27 korban meninggal dunia terdiri dari 25 warga tewas akibat longsor Pekalongan di Petungkriyono, serta masing-masing satu korban meninggal akibat longsor di Brebes dan Kendal.

Menurut Nana, potensi bencana alam di Jateng masih tinggi.

Apalagi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini soal potensi cuaca ekstrem.

Sebagian besar wilayah di Jateng diprakirakan mengalami hujan intensitas menengah hingga tinggi pada akhir Januari 2025 hingga Februari 2025.

Karena itu, Nana meminta masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana longsor dan banjir untuk tetap waspada. 

"Puncak cuaca ekstrem ini antara Januari sampai Februari. Apalagi, mendekati akhir Januari diperkirakan adanya peningkatan," kata Nana disela rapat koordinasi antisipasi bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Jawa Tengah bersama Kepala BMKG di Kantornya, Senin (27/1/2025). 

Untuk menghadapi perkiraan cuaca ekstrem tersebut, Pemprov sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi. 

Di antaranya, lewat koordinasi di internal Pemprov Jateng, bupati/walikota, BMKG maupun dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Termasuk, upaya-upaya pencegahan untuk menurunkan risiko bencana," imbuh dia. 

Tak hanya itu, operasi modifikasi cuaca juga beberapa kali dilakukan. 

Nana mengatakan, operasi modifikasi cuaca akan kembali dilakukan setelah melihat prakiraan BMKG.

Nana juga tetap mengimbau kepada bupati/walikota, pemangku kepentingan penanggulangan bencana, dan masyarakat untuk tetap waspada dan proaktif. 

Upaya yang bisa dilakukan adalah terus memperbarui informasi terkini dari BMKG kepada masyarakat, mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan mengamati tanda-tanda bencana di sekitar tempat tinggal. 

Kemudian, mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi pakaian, bahan makanan siap saji, air minum, uang, dan surat-surat berharga, serta upaya lainnnya. 

Hujan deras hingga 1 Februari

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pada dasarian III Januari sampai dasarian II Februari 2025, curah hujan di sebagian besar wilayah Jateng diprediksi menengah-tinggi.

Bahkan, curah hujan di wilayah Pekalongan dan Batang bagian selatan, diprediksi bakal sangat tinggi.

Berdasarkan prediksi hujan harian, wilayah Jawa Tengah diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan mulai 27 Januari hingga 1 Februari 2025. 

Intensitas curah hujan tertinggi pada kategori lebat hingga sangat lebat. 

Dwi Korita pun mengimbau masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan untuk mewaspadai tanda-tanda bencana. 

Khususnya tanda-tanda tanah longsor seperti munculnya rembesan air atau aliran air dari lereng, pohon atau tegakan pada lereng tiba-tiba miring, munculnya retakan atau amblesan tanah pada lereng, lereng tampak menggembung, dan jendela/pintu rumah yang berada di daerah lereng tiba-tiba sulit dibuka, dan sebagainya. (*) 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved