Berita Pati

Tragedi Bos Rental di Sukolilo Bikin Warga Pati Perantaun Jadi Sasaran Bullying, Ortu Wadul Kapolda

Warga Sukolilo, Pati, di perantauan jadi sasaran bullying, pascatragedi bos rental mobil tewas diamuk massa di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo.

|
Istimewa
Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi bercengkarama dengan warga di sela kegiatan penyuluhan hukum dan pantauan layanan kesehatan gratis di Gedung PGRI Kecamatan Sukolilo, Pati, Kamis (20/6/2024). 

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi menyambangi Sukolilo, Pati, Kamis (20/6/2024) siang.

Kunjungan Ahmad Luthfi berkaitan dengan "Tragedi Sumbersoko" yang menewaskan Burhanis (52), seorang pengusaha rental asal Jakarta, pada Kamis (6/6/2024) lalu.

Burhanis tewas dihajar massa di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, lantaran dicurigai sebagai pencuri.

Baca juga: Ratusan Kades Pati Deklarasi Dukung Sudewo jadi Bupati dan Ahmad Luthfi sebagai Gubernur Jateng

Baca juga: Beri Penyuluhan Hukum di Sukolilo Pati, Kapolda Jateng: Masyarakat Tak Boleh Main Hakim Sendiri

Baca juga: Diskominfo Pati Kewalahan Hadapi Serangan Warganet, Ihwal Penamaan Sukolilo di Google Maps

Padahal, menurut keterangan kepolisian usai penyelidikan, Burhanis hendak mengambil mobil rental miliknya yang digelapkan.

Dalam kunjungannya ke Sukolilo, Ahmad Luthfi mengadakan pertemuan dengan warga untuk berdialog dan menyampaikan penyuluhan hukum.

Pertemuan di Gedung PGRI Kecamatan Sukolilo itu berlangsung tertutup, awak media diminta menunggu kegiatan selesai untuk melakukan doorstop.

Namun, pengeras suara terdengar jelas dari luar gedung.

Pada intinya, Ahmad Luthfi mengimbau masyarakat untuk mengindari perilaku main hakim sendiri. Sebab, ranah hukum atas kasus pidana merupakan kewenangan kepolisian.

Dalam sesi dialog, beberapa warga menyampaikan keluh kesah atas kesulitan yang mereka hadapi pascatragedi Sumbersoko.

Beberapa di antara mereka mengeluhkan stigma negatif yang harus mereka emban akibat perbuatan segelintir orang yang menurut mereka mestinya tidak bisa digeneralisir.

Warga keberatan Sukolilo dicap "sarang maling" dan "sarang penadah". Sebab, menurut mereka mayoritas warga Sukolilo, nyaris 90 persen, berprofesi sebagai petani.

Ada pula warga yang menceritakan pengalaman buruk putra-putrinya yang merantau untuk menempuh pendidikan tinggi di luar kota.

Banyak di antara mereka yang sasaran bullying di perantauan akibat stigma negatif yang diarahkan pada warga Sukolilo dan Pati secara umum.

Selain itu, ada pula keluhan yang mengemuka terkait masif-nya penandaan lokasi dengan nama-nama bernuansa negatif di Google Maps.

Banyak titik di Sukolilo yang ditandai sebagai "sarang bandit", "kampung maling", dan sebagainya. Bahkan, beberapa instansi resmi dipelesetkan namanya dari Sukolilo menjadi "Sukomaling".

Halaman
1234
Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved