Berita Semarang

Mengintip Rumah Pelita, Digagas Mbak Ita, Pilot Project Penanganan Anak Stunting di Kota Semarang

Rumah Pelita Semarang merupakan day care khusus untuk menangani anak tengkes atau stunting di Kota Lumpia, yang diinisiasi oleh Wali Kota Mbak Ita.

Istimewa
Pengasuh di Rumah Pelita sedang menyuapi anak tengkes yang sedang diasuh. Rumah Pelita adalah akronim dari Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Bayi di Bawah Dua Tahun, yang diinisiasi oleh Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita). 

“Kami merekrut (tenaga) dari Dinas Kesehatan, ada pengasuhnya, ada juru masaknya, ada pendampingan ahli gizi, sehingga jadi satu paket yang komplit,” kata Mbak Ita, perihal Rumah Pelita, day care khusus untuk anak stunting.

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG – Lana Muthia Thaher menyuapi mungil yang di pangkuannya dengan telaten. Bayi stunting itu diperlakukannya secara lembut, penuh kasih, layaknya anak sendiri.

Lana merupakan satu di antara pengasuh anak stunting di Rumah Pelita Manyaran, day care khusus untuk merawat anak tengkes.

Rumah Pelita merupakan akronim dari Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Bayi di Bawah Dua Tahun.

Rumah Pelita digagas Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita); dan diresmikan bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati (Bintang Puspayoga), pada 21 Februari 2023.

Rumah Pelita Manyaran, satu di antara 10 Rumah Pelita di Kota Semarang.
Rumah Pelita Manyaran, satu di antara 10 Rumah Pelita di Kota Semarang. Rumah Pelita adalah akronim dari Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Bayi di Bawah Dua Tahun, yang diinisiasi oleh Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita).

“Rumah Pelita merupakan terobosan Pemkot Semarang dalam upaya penanganan stunting dari hulu ke hilir. Seperti pola asuh, pemberian gizi, sanitasi, dan lain-lain,” terang Lana, Sabtu (15/6/2024).

Lana menyebut, Rumah Pelita Manyaran acap kali dijadikan rujukan tempat studi banding dari sejumlah pemerintah daerah (pemda) dan maupun instansi lain yang berkait dengan penanganan stunting.

Misalnya, belum lama ini Ruma Pelita Manyaran mendapat kunjungan dari unsur dinas Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Selain itu, ada pula kunjungan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.

"Bahkan kepala BKKBN dari berbagai daerah belajar penanganan stunting ke sini," ujar Lana.

Anak-anak tengkes sedang tidur siang di ruang istirahat Rumah Pelita yang ada di Manyaran. Rumah Pelita adalah akronim dari 'Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Bayi di Bawah Dua Tahun', day care khusus untuk anak tengkes di Kota Semarang.
Anak-anak tengkes sedang tidur siang di ruang istirahat Rumah Pelita yang ada di Manyaran. Rumah Pelita adalah akronim dari 'Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Bayi di Bawah Dua Tahun', day care khusus untuk anak tengkes di Kota Semarang. (Istimewa)

Lana menambahkan, belum lama ini juga, para profesor dari Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Taipei Medical University (TMU) melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat di Rumah Pelita Manyaran.

“Rumah Pelita, tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak stunting saja, tetapi juga mewadahi pelayanan bagi ibu hamil yang mengalami anemia dan kekurangan energi kronis,” ucapnya.

Disebutkan Lana, saat ini Rumah Pelita Manyaran mengasuh 11 anak stunting. Sebelumnya, Rumah Pelita Manyaran telah berhasil menangani 20 anak stunting.

Selain di Manyaran, terdapat sembilan Rumah Pelita lain yang tersebar di berbagai kecamatan di Kota Semarang. Namun, sambung Lana, Rumah Pelita Manyaran yang paling sering menjadi jujugan untuk studi banding.

Diakui Lana, meski peran Rumah Pelita tak bisa dinafikan, mengatasi stunting wajib melibatkan orangtua. Sehingga, orang tua didorong mengikuti kelas parenting agar bisa turut berperan mengatasi kondisi stunting pada anaknya.

"Kami di sini juga mencari penyebab anak stunting. Kami mengunjungi ke rumah anak tersebut, ternyata PHBS-nya nggak jalan, rumahnya kumuh, nggak ada ventilasinya. Kan repot, makannya orangtuanya kami edukasi," jelas Lana.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita), mengataka operasional Rumah Pelita di bawah pengawasan langsung Dinas Kesehatan Kota Semarang. Namun, dinas lain serta unsur pemerintah di mulai dari tingkat kelurahan hingga kecamatan juga dilibatkan.

“Kami merekrut (tenaga) dari Dinas Kesehatan, ada pengasuhnya, ada juru masaknya, ada pendampingan ahli gizi, sehingga jadi satu paket yang komplit,” kata Mbak Ita

Sri Endang, salah satu orangtua yang menitipkan anaknya, mengatakan keberadaan Rumah Pelita sangat bermanfaat.

Ibu rumah tangga warga Kelurahan Krobokan, Semarang Barat, ini telah merasakan dampak positifnya sekalipun anaknya kini belum dinyatakan lulus dari stunting.

"Perkembangan anak saya bagus, yang tadinya jarang komunikasi sekarang mulai aktif komunikasi, udah bisa mewarnai. Pokoknya untuk daycare ini bagus dan sangat membantu," ujar Endang, Jumat (14/6/2024).

Ia mengatakan, selama ini tidak ada pungutan yang dibebankan kepadanya dan orangtua lain.

Dia berpendapat, fasilitas yang tersedia di Rumah Pelita sudah memadai. Terdapat wahana permainan, kamar tidur ber-AC, kamar mandi yang bersih. Bahkan setiap hari anaknya diberi makanan pokok, camilan, hingga tambahan gizi.

“Kami sebagai warga berharap program di Rumah Pelita bisa dikembangkan lagi ke depannya. Misalnya penambahan kuota anak stunting yang diasuh, beserta jumlah pengasuhnya,” harap Endang.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati -karib disapa Bintang Puspayoga- mengapresiasi adanya Rumah Pelita di Kota Semarang.

Dia mengatakan, Rumah Pelita bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain yang masih memiliki angka stunting cukup tinggi.

"Dalam penanganan suatu isu, kalau dilakukan berkolaborasi dan terintegrasi, maka hasilnya akan maksimal," kata Bintang Puspayoga, beberapa waktu lalu.

Rumah Pelita turut mengantarkan Mbak Ita dan Pemkot Semarang meraih sejumlah penghargaan terkait penanganan stunting.

Di antaranya sebagai tokoh penggerak penanganan stunting dari BKKN Pusat, People of The Year 2023, dan terbaru Mbak Ita meraih penghargaan dan diminta menjadi pembicara terkait penangana stunting di Korea Selatan pada 26 Juni 2024 mendatang. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved