Berita Semarang

Siti Zahro Cucu Terakhir Kiai Sholeh Darat Wafat di Usia 98 Tahun, Dimakamkan di Bergota Semarang

Hj SIti Zahro cucu terakhir dari ulama besar nusantara yang juga mahaguru para pendiri bangsa, KH Sholeh Darat, meninggal dunia. Dimakamkan di Bergota

|
TribunMuria.com/Rahdyan Trijoko Pamungkas
Prosesi pengantaran jenazah Hj Siti Zahro cucu terakhir Kiai Sholeh Darat dari rumah duka di Jalan Jodipati Nomor 28, Krobokan, Semarang Barat, ke komplek makam Bergota, Minggu (12/5). 

Dikutip dari NU Online, KH Sholeh Darat, lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada tahun 1235 Hijriah bertepatan dengan tahun 1820 Masehi.

KH Sholeh darat dilahirkan dengan nama lengkap Muhammad Sholeh bin Umar Al-Samarani.

Masa kecil hingga remaja KH Sholeh Darat dihabiskan dengan belajar Alquran serta ilmu agama dari ayahnya.

Misalnya, ilmu nahwu, shorof, akidah, akhlak, hadits dan fiqih.

Setelah lepas masa remaja KH Sholeh Darat menimba ilmu ke sejumlah ulama di Jawa maupun ulama di luar negeri.

Dalam buku 'Sejarah dan Perjuangan Kiai Sholeh Darat' diungkapkan dalam mendalami ilmu keislaman, dimulai dari belajar kitab-kitab fiqih kepada KH M Syahid di Pesantren Waturoyo, Margoyoso, Kajen, Pati.

Di antaranya kitab Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Minhajul Qawwim, Syarah al-Khatib dan Fathul Wahab.

KH Sholeh Darat juga belajar Tafsir Jalalain karya Imam Suyuti pada Kiai Raden Haji Muhammad Sholeh bin Asnawi Kudus.

Berikutnya belajar Nahwu dan Sorof pada Kiai Ishak Damaran Semarang dan belajar Ilmu Falak kepada Kiai Abdullah Muhammad bin Hadi Baquni yang juga salah seorang Mufti di Semarang.

Selanjutnya juga belajar Kitab Jauharut Tauhid karya Syekh Ibrahim al-Laqqoni serta Kitab minhajul Abidin karya imam Ghazali pada Sayid Ahmad Bafaqih Ba’alawi Semarang, belajar Kitab Masailul Sittin karya Abu Abbas Ahmad al-Mishri kepada Syekh Abdul Ghani Bima dan belajar ilmu tasawuf dan tafsir Alquran kepada Mbah Ahmad Alim.

Sedangkan di Makkah KH Sholeh Darat juga banyam menimba keilmuan agamannya pada para ulama seperti Syekh Muhammad al-Muqri al-Mishri al-Makki, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasballah dan Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Madzab Syafi’iyah).

Setelah beberapa tahun belajar, Kiai Sholeh menjadi salah satu pengajar di Makkah.

Muridnya berasal dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Jawa dan Melayu. Beberapa tahun mengajar, Kiai Sholeh memutuskan kembali ke Semarang dan mengajarkan pengetahuannya kepada umat Islam di tempat tinggal asalnya.

Kiai Sholeh pun mendirikan pusat kajian Islam berupa langgar atau musala, yang kemudian berkembang menjadi pesantren kecil.

Karena keulamaan dan keilmuannya, sejumlah nama yang kemudian juga dikenal sebagai tokoh ulama nasional pun juga belajar kepada KH Sholeh Darat.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved