Bisnis dan Keuangan

Dari Muria hingga Surakarta, Pertamina Majukan Wastra Nusantara sampai Panggung Mancanegara

Pertamina turut mendongkrak nilai wastra nusantara ke tingakt dunia. Perajin wastra nusantara dari Muria hingga Surakarta didampingi untuk naik kelas.

TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Dari kiri ke kanan: Riyan Hidayat pemilik Tenun Ikat Bima, Yuli Astuti pemilik Muria Batik Kudus, dan Aryatie Sekar Asih pemilik Batik Sekar Asih Surakarta. 

Dia memulai dengan mencari asal-usul dan filosofi motif klasik batik kudus, yakni kapal kandas (kapal terbalik). Karena minimnya literatur soal batik kudus, Yuli harus melakukan riset mandiri. Dia mendaki Gunung Muria sampai ke Puncak Argo Jembangan untuk mendengarkan tuturan cerita rakyat dari sesepuh di sana. Dia juga sengaja menjumpai arkeolog.

Didapatilah kesimpulan bahwa motif ini berkait erat dengan kisah kandasnya Kapal Dampo Awang milik Sam Poo Kong di Gunung Muria. Filosofi motif ini pun dimaknai Yuli sebagai era baru kehidupan berkebudayaan di Kudus. Bukannya bermakna "kemalangan" sebagaimana cibiran orang-orang.

"Waktu itu ada yang mencibir karena motifnya aneh dan maknanya jelek. Takut kalau pakai motif kapal kandas cinta dan kariernya ikut kandas," ujar lulusan Sekolah Modiste Soen Kudus ini.

Yuli pun mencari cara agar motif ini bisa lebih diterima di masyarakat. Dia lalu mengombinasikan motif kapal kandas dengan motif buah parijoto, tanaman endemik Gunung Muria.

"Parijoto biasa dipakai (ibu hamil) dalam acara tujuh bulanan (mitoni) dengan harapan agar anaknya bagus rupawan. Sehingga filosofinya jadi lebih positif," ungkap dia.

Yuli pun terus mengembangkan motif batik yang menonjolkan keunggulan Kudus, mulai dari tanaman cengkih, gebyok ukir, hingga Menara Kudus. Hingga kini, sudah lebih dari 100 motif batik dia ciptakan.

Namun, Yuli menyadari bahwa upaya menghidupkan kembali batik kudus tidak cukup hanya dengan seluk-beluk motif. Karena tidak ada lagi tenaga pembatik terampil yang tersisa di Kudus, Yuli harus belajar sendiri ilmu produksi batik dari hulu ke hilir. 

"Saya harus pergi ke Lasem, Solo, Jogja, sampai Pekalongan untuk belajar. Perjuangan belajar di tahun-tahun awal sangat berat, sebab saya bepergian naik sepeda motor. Butuh fisik yang tangguh karena saya berangkat subuh dan sore harus pulang. Karena keterbatasan biaya, tidak bisa menginap. Ban bocor dan kehujanan sudah biasa," kenang Yuli.

Pada titik tertentu, Yuli kelelahan dan hampir menyerah. Terlintas pikiran untuk berhenti. Namun, karena kecintaannya yang sedemikian besar terhadap warisan batik kudus, Yuli selalu menemukan semangat baru. 

"Misi saya awalnya bukan jualan. Hanya melestarikan. Saya banyak didukung teman-teman media. Mereka sering meliput ke sini. Akhirnya orang-orang tertarik dan datang ke sini. Batik buatan saya mulai banyak dipakai. Akhirnya berkembang jadi usaha komersial," tutur Yuli.

Singkat cerita, lewat ajakan seorang teman, Yuli berkenalan dengan program kemitraan Pertamina. Dia tertarik dengan program BUMN yang mendorong UMKM naik kelas.

"Waktu itu sebelum Covid-19, 2017 kalau tidak salah, ada program kemitraan di tiap BUMN. Saya dapat pinjaman modal dari Pertamina, awalnya Rp 10 juta, sekarang masih berjalan Rp 100 juta," ujar dia.

Yuli juga dibantu memasarkan produk lewat pameran-pameran di Semarang, Jakarta, bahkan hingga Kuala Lumpur, Malaysia.

"Saya pernah pameran di Malaysia. Ada fashion show juga difasilitasi Pertamina. Ini sangat membantu membuat produk saya naik kelas," ucap dia.

Dengan bisnis yang kian berkembang, Yuli tidak lantas melupakan kerja pelestarian. Dia berupaya melakukan regenerasi dengan mengajari anak-anak muda membatik.

"Sudah ribuan anak saya didik. Mulai anak PAUD sampai masyarakat umum. Anak sekolah dan penyandang disabilitas juga. Saya kenalkan batik sejak dini," papar Yuli.

Yuli bersyukur dan bangga, upayanya tak sia-sia. Menurut dia, kini tumbuh beberapa wirausahawan batik baru di Kudus. Dia sendiri saat ini dibantu kurang-lebih 25 pengrajin batik berusia muda.

"Meski dari ribuan orang yang saya didik hanya beberapa yang terserap (jadi tenaga kerja pembatik), saya sudah bersyukur. Meski oleh sebagian orang membatik hanya jadi pekerjaan sampingan, regenerasi harus terus berlanjut," harap Yuli.

Dia berharap, pada masa mendatang semakin banyak anak-anak muda yang mau menekuni batik kudus, agar batik khas daerah berjuluk Kota Kretek ini bisa makin berjaya, baik di skala nasional maupun internasional.

3. Kisah Aryatie Besarkan Batik Sekar Asih dari Pameran ke Pameran

Aryatie Sekar Asih (56) menunjukkan produk Batik Sekar Asih di Solo Square Mall, Sabtu (21/10/2023).
Aryatie Sekar Asih (56) menunjukkan produk Batik Sekar Asih di Solo Square Mall, Sabtu (21/10/2023). (TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal)

Awal Oktober 2009 adalah momen bersejarah bagi Aryatie Sekar Asih (56), pemilik usaha Batik Sekar Asih.

Pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan takbenda. Sedemikian berharganya momen tersebut, pemerintah sampai menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Perempuan asal Surakarta ini ingat, saat itu pembicaraan mengenai batik kian marak. Popularitas batik meningkat pesat.

Tak ingin ketinggalan momentum, dia memutuskan mulai menekuni usaha di bidang batik.

"Sebelum usaha batik, saya usaha buat aksesoris dari batu (batu alam). Saya punya toko aksesoris di Solo Grand Mall dan kebetulan sudah mulai agak sepi. Begitu awal 2009 UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya takbenda, saya terpikir ganti dagangan ke batik," jelas Aryatie saat ditemui TribunJateng.com di Gerai Batik Sekar Asih Solo Square Mall, Sabtu (21/10/2023).

Sebulan berselang, yakni November 2009, Aryatie langsung merealisasikan niatnya untuk berjualan batik. Namun, saat itu dia belum sepenuhnya beralih. Toko aksesorisnya masih beroperasi.

Sejak awal merintis usaha batik, Aryatie mengikuti pameran demi pameran. Bahkan, hingga kini dia berprinsip, dalam satu bulan minimal mengikuti satu pameran di luar kota. Dia sudah pernah mengikuti pameran sampai ke Aceh, Palembang, dan Banjarmasin.

Kali pertama berjualan batik di pameran, animo pembeli sangat tinggi. Waktu itu Aryatie belum memproduksi batik sendiri. Barang dia ambil dari teman-temannya.

"Karena ramai banget, saya putuskan beralih total ke batik. Perputaran bisnisnya lebih bagus daripada aksesoris. Akhirnya toko saya jadikan toko batik, sambil tetap pameran ke mana-mana," terang dia.

Seiring waktu berjalan, Aryatie akhirnya mulai membuat sendiri busana batik dengan segmentasi khusus perempuan. Dia memproduksi busana batik wanita untuk segala kalangan dan keperluan, mulai dari anak sekolah, busana untuk wanita kantoran, untuk kondangan, sampai untuk santai. 

"Semua kami buat. Hem (kemeja pria) ada juga, tapi kadang buat kadang tidak. Lebih fokus ke fesyen batik wanita," ujar dia.

Aryatie bukan perancang busana. Dia tidak pernah secara khusus belajar tentang desain fesyen. Dalam memproduksi busana batik, dia mengandalkan insting bisnisnya dalam membaca tren.

"Ciri khas kami waktu itu awalnya pakai kain paris yang agak goyor, bahannya dingin. Tapi lama kelamaan kami ikuti pasar, bikin juga yang katun. Kami modifikasi kadang pakai lurik, mengikuti selera pasar," tutur dia.

Aryatie banyak mendapat inspirasi dari media sosial dan lingkungan sekitar. Jika melihat busana nonbatik yang menarik, dia mencoba untuk membuatnya dengan bahan batik.

"Insting saja, apa yang kelihatannya bagus dibuat batik, saya bikin," kata dia.

Pakaian Batik Sekar Asih dibanderol mulai Rp 200 ribuan sampai Rp 500 ribu ke atas per potong. Kata Aryatie, pakaian dengan kisaran harga Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu yang lebih cepat laku.

Saat pandemi Covid-19 melanda 2020 lalu, bisnis Aryatie sempat lesu. Pada saat yang sama, harapan datang lewat perantara Pertamina.

"Waktu Covid-19 dulu, kami diundang DinkopUKMPerin Kota Surakarta. Ada pengumuman bahwa Pertamina mencari mitra UMKM. Ada tawaran bantuan pinjaman modal usaha. Saya pun daftar lewat dinas," ucap dia.

Singkat cerita, Aryatie mendapat pinjaman modal sebesar Rp 100 juta dari Pertamina. Tak hanya itu, dia juga difasilitasi mengurus Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas merek Sekar Asih.

Pertamina juga memfasilitasi Aryatie untuk memasarkan produk lewat pameran. November 2022 lalu, Batik Sekar Asih dipamerkan di Batikcraft & Foodstival di Semarang.

"Awal November 2023 nanti saya juga diajak pameran ke Pertamina Smexpo Semarang," ujar dia.

Aryatie beryukur Pertamina menyediakan stan terbaik saat pameran. Lokasi stan yang dipilihkan, kata dia, sangat strategis sehingga penjualannya bagus. Aryatie berharap Batik Sekar Asih bisa terus eksis dan punya makin banyak peminat.

4. Pertamina Dorong Usaha Mikro dan Kecil Naik Kelas

Riyan Hidayat, Yuli Astuti, dan Aryatie Sekar Asih merupakan bagian dari mitra binaan Pertamina lewat PPUMK yang dinilai prospektif dan didorong untuk naik kelas.

Hal itu disampaikan Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, ketika dihubungi TribunJateng.com via sambungan telepon, Senin (23/10/2023).

Melalui PPUMK, pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) bisa memperoleh pinjaman permodalan atau pembiayaan syariah. Tahun lalu, kata Brasto, pembiayaan maksimal Rp 250 juta dengan tenor 3 tahun. 

"Terakhir kami menyalurkan sendiri tahun lalu. Tahun ini, sesuai arahan kementerian BUMN, penyalurannya via BRI, tidak langsung dari Pertamina," ujar dia.

Selain pinjaman modal, UMK yang dinilai prospektif juga mendapat pembinaan dalam bentuk fasilitasi mengikuti pameran berskala nasional dan internasional.

Pendampingan juga diberikan lewat pelatihan-pelatihan. Di antaranya pelatihan pengemasan dan pemasaran produk. 

Selain itu juga lewat pengurusan kelengkapan administrasi usaha, antara lain sertifikasi halal, P-IRT, dan BPOM.

"Harapannya, setelah kami pinjamkan modal dan lakukan pembinaan, UMK bisa naik kelas. Dalam artian omzet meningkat, karyawan bertambah, usaha berkembang, atau ada diversifikasi usaha," tandas Brasto. (mzk)

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved