Bisnis dan Keuangan

Dari Muria hingga Surakarta, Pertamina Majukan Wastra Nusantara sampai Panggung Mancanegara

Pertamina turut mendongkrak nilai wastra nusantara ke tingakt dunia. Perajin wastra nusantara dari Muria hingga Surakarta didampingi untuk naik kelas.

TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Dari kiri ke kanan: Riyan Hidayat pemilik Tenun Ikat Bima, Yuli Astuti pemilik Muria Batik Kudus, dan Aryatie Sekar Asih pemilik Batik Sekar Asih Surakarta. 

Adapun pakaian jadi berkisar mulai Rp250 ribu sampai Rp1,5 jutaan untuk bahan katun. Pakaian berbahan sutra tentu lebih mahal.

Meski dibantu 20 karyawan, Riyan masih belum bisa memenuhi permintaan pasar sepenuhnya.

"Sebenarnya saya masih kekurangan karyawan. Permintaan banyak tapi saya belum bisa penuhi. Kemarin ada yang minta 5 ribu meter per bulan. Tidak saya sanggupi karena takut mengecewakan," ujar Riyan.

Dia juga pernah mendapat permintaan 5 ribu potong pakaian per bulan dari pembeli di Myanmar. Namun, kapasitas produksi Riyan belum sebesar itu.

Salah satu kendala Riyan terkait sumber daya manusia (SDM) ialah karena lebih banyak orang yang memilih bekerja di pabrik ketimbang jadi penenun. Apalagi, Tenun Ikat Bima dikerjakan secara tradisional menggunakan ATBM. Sehingga butuh keterampilan yang tidak sembarangan.

Saat ini, Riyan lebih banyak melayani permintaan dari Bali, Lombok, dan Jakarta, sambil berharap pasar luar negeri suatu saat bisa digarap dengan baik.

"Sebab pasar di luar negeri sebetulnya sangat bagus. Saya dulu juga pernah pameran di Belanda bawa produk Dewi Shinta punya Bapak. Di sana produk syal sangat laku, dipakai waktu cuaca dingin," kata dia.

2. Dari Kapal Kandas, Yuli Astuti Bawa Batik Kudus Naik Kelas

Yuli Astuti (42) menunjukkan salah satu kain batik buatannya wastra
Yuli Astuti (42) menunjukkan salah satu kain batik buatannya di Galeri & Workshop Muria Batik Kudus, Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Sabtu (28/10/2023).

Dari Desa Troso Jepara, TribunJateng.com beranjak ke tenggara, tepatnya ke Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Di sini, jejak kepedulian Pertamina dalam memajukan wastra nusantara juga terpatri.

Di dinding galeri Muria Batik Kudus milik Yuli Astuti (42), terpajang sebuah piagam penghargaan dari Direktur Utama PT Pertamina.

Desember 2018 lalu, Yuli menerima penghargaan Local Heroes Awards dari Pertamina sebagai Juara 1 Kategori Kemitraan. Sebagai pelaku UMKM mitra Pertamina, Yuli dianggap sebagai "pahlawan lokal" yang memelopori pelestarian batik Kudus.

Penghargaan tersebut tidak berlebihan. sebab, Yuli memang berada di garda terdepan dalam pelestarian dan pengembangan batik khas Kabupaten Kudus.

Pada 2005 lalu, Yuli merasa resah karena batik khas Kudus sudah di ambang kepunahan.

"Waktu itu tinggal satu orang di Kudus yang masih membatik. Beliau sudah sepuh. Namanya Bu Ni'amah. Usianya 70-an," kata dia saat ditemui TribunJateng.com di Galeri dan Workshop Muria Batik Kudus, Sabtu (28/10/2023).

Yuli yang ketika itu baru berusia 25 tahun resah dan gelisah membayangkan tidak akan ada lagi penerus batik Kudus. Dia pun merasa terpanggil untuk menjadi pelopor pelestarian batik kudus.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved