Berita Nasional

Ketua Majelis Kehormatan MK Jimly Asshiddiqie: Akal Sehat Sekarang Lagi Terancam oleh Dua Iblis

Pendiri Mahkamah Konstitusi (MK) yang juga merupakan Ketua Majelis Kehormatan MK, Jimly Asshiddiqie, menyebut akal sehat sedang terancam dua iblis.

|
KOMPAS.COM/IRFAN KAMIL
Anggota Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), Jimly Asshiddiqie, setelah dilantik pada Selasa (24/10/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, JAKARTA - Pendiri Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie, menyebut MK saat ini sedang berada pada titik nadir.

Jimly, yang didapuk menjadi Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), mengatakan saat ini akal sehat terancam oleh dua iblis: kekuasaan dan kekayaan.

Kata dia, runtuhnya akal sehat oleh ancaman dua iblis tersebut dampak dari penetrasi neoliberalisme.

Baca juga: Indonesia Sedang Tak Baik-baik Saja, Hakim MK Arie Hidayat: Lebih Buruk dari Orde Baru

Baca juga: Cacat Hukum yang Serius dalam Putusan MK, Yusril Beri Saran kepada Gibran soal Pilpres 2024

Baca juga: Ahli Hukum Pendukung Demokrasi Desak Dewan Etik dan Mahkamah Kehormatan MK Periksa Anwar Usman

Baca juga: Seniman Patung di Kudus Sambut Baik Putusan MK, Dukung Gibran Berkiprah Lebih Tinggi

Hal itu ia sampaikan dalam sidang perdana MKMK beragendakan klarifikasi para pelapor dugaan pelanggaran kode etik hakim konstitusi dalam Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 terkait syarat usia capres-cawapres.

"Sekarang ini akal sehat itu sudah dikalahkan oleh akal bulus dan akal fulus. Akal fulus itu untuk kekayaan, uang."

"Akal bulus itu untuk jabatan. Akal sehat sekarang lagi terancam oleh dua iblis, kekuasaan dan kekayaan," ujar Jimly, Kamis (26/10/2023).

"Maka MKMK ini harus kita manfaatkan untuk menghidupkan akal sehat itu. Itu yang menuntun ke arah kemajuan peradaban bangsa," tuturnya.

Jimly menyebut, semua orang tidak lagi "sharing, caring, dan giving" kepada negara.

Tidak ada lagi orang yang mau membagi, peduli, dan memberi kepada negara.

"Kebanyakan orang itu taking (mengambil), asking, requesting (meminta), dan bilang perlu robbing (merampok). Ini gara-gara neoliberalisme," ucap pendiri MK itu.

"Ini urusan tetek-bengek jabatan. Nanti sudah dapat jabatan pakai pula untuk jabatan lebih tinggi lagi."

"Itu perebutan kekayaan juga sama. Dapat kekayaan dia pakai untuk mencari kekayaan banyak lagi," ujar Jimly.

MK berada di titik nadir sepanjang sejarah

Ia menyindir MK yang dianggapnya dalam titik nadir sepanjang hayat lembaga tersebut.

Jimly bahkan menyebut kasus yang akan diusutnya ini sebagai sejarah yang belum pernah terjadi di dunia.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved