Berita Semarang

Anak Empu Keris Bali Lulus dengan Nilai IPK Sempurna, Pande Yogi Doktor Termuda FBS Unnes

Pande Putu Yogi, anak empu keris Bali lulus program doktoral dengan nilai sempurna IPK 4, pada FBS Unnes. Pande Yogi jadi doktor termuda di Unnes.

|
Penulis: Amanda Rizqyana | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Amanda Rizqyana
Pande Putu Yogi Arista Pratama menari di sela menjalani promosi doktor dan sidang disertasi berjudul 'Proses Didaktis Pewarisan Tari Baris Sakral Pada Puja Wali Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur Bali' di Ruang Bundar Dekanat Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Kampus Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang pada Selasa (19/9/2023). Pande Yogi, anak empu keris Bali, meraih nilai sempurna IPK 4, dan menjadi doktor termuda lulusan Unnes. 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Anak empu pembuat keris Bali, Pande Putu Yogi Arista Pratama, lulus sidang doktor pada Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Pande Putu Yogi merupakan anak pertama dari pasangan Pande Putu Sunarta dan Pande Kadek Seriari.

Ia berhasil meraih nilai A saat menjalani promosi doktor dan sidang disertasi berjudul 'Proses Didaktis Pewarisan Tari Baris Sakral Pada Puja Wali Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur Bali'.

Atas nilainya tersebut, pria kelahiran Gianyar, 11 Oktober 1996 yang disapa Yogi meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,00.

"Penelitian ini bermanfaat untuk konsulat teori di mana proses didaktis merupakan teori pendidikan yang diimplementasikan pada acara adat yang disebut Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur Bali," terangnya pada TribunMuria.com.

Sidang disertasi digelar di Ruang Bundar Dekanat Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Kampus Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang pada Selasa (19/9/2023).

Melalui penelitian ini, ia juga menyatakan kebermanfaatan bagi masyarakat, terkhusus masyarakat yang beraktivitas sebagai praktisi seni, memberikan konsep pencatatan ragam gerak yang  ada dalam pertunjukan Tari Baris Sakral.

Sebagai masyarakat asli Pulau Bali, Yogi mengakui pencatatan Tari Baris Sakral memiliki kendala dalam pencatatan susah didapat karena sifatnya yang eksklusif.

Dalam kepercayaan masyarakat, orang-orang meyakini bahwa Taris Baris Sakral tidak boleh dan tidak dapat disebarluaskan.

"Tetapi dalam penelitian ini, segala bentuk, termasuk dalam wujud dari tari tersebut, ragam gerak, kostum, musik pengiring, dapat dijabarkan, dan dapat menjadi teori ataupun landasan peneliti berikutnya melanjutkan penelitian Tari Baris Sakral," terangnya pada Tribun Jateng.

Doktor termuda Unnes

Yogi menempuh studi doktoral selama 2 tahun 11 bulan.

Disertasinya dilakukan hanya dalam 2 tahapan ujian proposal dan sidang terbuka karena ia memiliki 1 penelitian terkait topik disertasi yang dipublikasi pada jurnal terindeks Scopus Q1.

Yogi lulus di usia 26 tahun dan sejauh ini ia menjadi lulusan termuda program doktor di Unnes.

Ia merupakan penerima beasiswa Unggulan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan memperoleh hibah disertasi Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (Bima) Kemendikbud Ristek.

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved