Berita Nasional
Jelang May Day, 500 Karyawan di Semarang Malah Kena PHK, Alasannya Tanjung Emas Terdampak Rob
Banjir rob yang menerjang kawasan Pelabuhan Tanjung Emas berdampak pada hengkangnya perusahaan dari kawasan itu. Imbasnya 500 karyawan kena PHK.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Muhammad Olies
"Kami diskusi juga karena penyelesaian-penyelesaian karena arus global, pemasaran, dan penjualan terkendala. Kemudian mungkin ada efisiensi di manajemen yang berdampak pada pengurangan pekerja, ini juga masih didiskusikan betul."
"Kami Disnaker sangat antisipasi betul dan teman-teman yang memang kiranya juga mau ancang-ancang wirausaha baru untuk pelatihan, BLK (balai latihan kerja) kami ada pelatihan-pelatihan sehingga bisa daftar di pelatihan-pelatihan sebagai persiapan sewaktu-waktu memang dunia industri ada masalah bisa membuka dunia usaha," jelasnya.
Salah satu karyawan yang kena PHK, Wiwin (naman samaran) mengatakan, dia telah lebih dari 20 tahun bekerja di pabrik tersebut.
Ia mengatakan, ia bersama ratusan karyawan lain itu telah menerima adanya PHK tersebut karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan dalam satu tahun terakhir.
"(Saat banjir rob) Mesin banyak yang terendam, alat kerjanya banyak yang rusak, akhirnya yang bisa produksi tidak semuanya," ujarnya.
Sementara itu, menurut Wiwin, setelah adanya PHK tersebut ia kini masih berusaha untuk mencari pekerjaan baru.
"Ya kemarin sudah dapat pesangon, gak karyawan sudah terpenuhi sesuai Undang-Undang.
Sekarang masih bergerak proses pemanggilan (untuk pekerjaan baru). Kalau uangnya (pesangonnya) saya mau pergunakan untuk apa, untuk macam-macam, usaha bisa. Tapi sekarang belum ada rencana," ungkapnya dihubungi Tribun Jateng.
Baca juga: 1.000 Lebih Buruh Pabrik di Semarang Di-PHK, KSPI Jateng: Justru Terjadi saat Pandemi Mereda
Terpisah, terkait tutupnya perusahaan di kawasan Tanjung Emas Kota Semarang, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi menyebutkan, bukanlah hal baru.
Sebelumnya, kata dia, beberapa perusahaan juga telah hengkang dari kawasan itu karena kondisi yang rawan terhadap banjir rob.
"Banyak juga sebenarnya perusahaan pindah dari kawasan itu karena kondisinya terjadi lagi rob. Tidak ada satu orang pun yang bisa memastikan bahwa tidak akan ada rob lagi. Memang rawan dan banyak sudah pindah ke daerah lain," kata Frans dihubungi Tribun Jateng.
Sementara itu terkait tutupnya perusahaan tersebut, menurut Frans tak ada kaitannya dengan isu resesi global.
"Jadi bukan karena (gejolak) ekonomi global, tapi saya pikir mungkin dia akan bangun di tempat lain. Apa itu di Jateng, tempat lain atau mana, karena daerah itu (tempat semula) sudah dirasa tidak ekonomis lagi atau tidak menguntungkan."
"Jadi (perusahaan yang tutup) itu kondisi dia tersendiri, karena adanya rob, mesin-mesinnya rusak, ya tutup. Yang penting dia sudah memberi pesangon, menjalankan sesuai peraturan," tuturnya.
Di sisi itu, Frans menambahkan, kondisi perusahaan di Jawa Tengah sendiri telah membaik. Pada kuartal I dan menuju kuartal II ini, dia menyebut, sejumlah sektor telah menunjukkan geliat.
Sofwan PDIP Harap RUU Komoditas Strategis Bangkitkan Industri Tembakau Nasional |
![]() |
---|
Ihwal Kedaulatan Energi Nasional, Dewan Penasihat PP Sebut Lifting Migas sebagai Solusi |
![]() |
---|
Menteri ATR Sebut 60 Keluarga Kuasai Hmapir 50 Persen Tanah Indonesia, LSKB: Distribusikan |
![]() |
---|
Aktivis Muda Nahdliyin Sayangkan Keterlibatan PBNU dalam Industri Tambang Ekstraktif |
![]() |
---|
MUI Minta Aparat Usut Tuntas Kasus Perusakan Bangunan Diduga Gereja Kristen di Sukabumi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.