Serba serbi Ramadan 1444 H

Jejak Islam di Ungaran, Makam Waliyullah Hasan Munadi, Sendang Nyatnyono dan Masjid Subulussalam

Wilayah Desa Nyatnyono, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang diyakini menjadi satu di antara saksi jejak penyebaran Islam di Jawa Tengah

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: Muhammad Olies
Tribunmuria.com/REZA GUSTAV
Para jemaah menunaikan ibadah salat zuhur di Masjid Subulussalam di Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (5/4/2023). 

Saka yang dimaksud, sampai sekarang masih ada. Asal-usul saka tersebut diyakini berasal dari Demak.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, tiang itu diambil dari bahan-bahan yang dipersiapkan Walisongo untuk pembangunan Masjid Agung Demak.

Syekh Hasan Munadi yang sudah memutuskan menetap di kaki gunung Ungaran saat itu menyanggupi permintaan Sunan Kalijaga untuk membantu pembangunan Masjid Agung Demak.

Kemudian, Hasan Munadi meminta syarat bahwa satu di antara saka yang hendak dibuat untuk Masjid Agung Demak dikirim ke Ungaran.

Sebab, Hasan Munadi saat itu tengah membangun sebuah masjid untuk tempat pembelajaran agama Islam bagi masyarakat di kaki Gunung Ungaran.

Permintaan tersebut disanggupi Sunan Kalijaga dan para prajurit Kesultanan Demak Bintoro kala itu langsung dikirim ke kaki Gunung Ungaran.

Baca juga: Jejak Syiar Islam Era Pakubuwono, Masjid Syarif Kartasura Berarsitektur Jawa Tapi Ukiran Motif Arab

Baca juga: Napak Tilas Jejak Tokoh Sufi dan Penyebar Islam Mbah Mutamakkin, di Museum Kajen Pati


Sendang Nyatnyono

Selain Makam Waliyullah Hasan Munadi, Kyai Hasan Dipuro dan Masjid Subulussalam, terdapat satu lagi jejak peninggalan penyebaran Islam di sana, yaitu Sendang Nyatnyono.

Sendang keramat tersebut juga berjuluk Sendang Kalimah Tayyibah. Di sendang tersebut, terdapat mata air di mana airnya dipercaya berkhasiat khusus dan memiliki karomah dan berkah. Menurut Amin, sendang itu ditemukan pada 1985.

“Saat munculnya sendang itu, di Masjid Subulussalam masih terdapat persatuan ulama termasuk Mbah Hamid, Gus Dur juga dan lain sebagainya. Saat itu perekonomian warga sedang minim,” kata Amin.

Pada momen tertentu, sendang itu ramai dikunjungi warga untuk bersih diri. Sebagai contoh, saat menjelang Ramadan 2023 / 1444 H, Rabu (22/3/2023), ribuan warga melaksanakan padusan atau bersih diri di sendang tersebut.

Menurut penuturan seorang pengurus Sendang Kalimah Tayyibah, Ahmaji, air dari sendang tersebut dipercaya memiliki karomah serta bisa memberikan berkah bagi warga.

“Masyarakat meyakini mandi di Sendang Kalimah Tayyibah bukan sembarang air, jadi mengharap barokahnya mbah wali, mengharap ridhonya Allah SWT, agar ibadah puasanya berjalan lancar,” ungkap dia kepada Tribunjateng.com.

Kegiatan padusan itu, menurut Ahmaji, sudah rutin dilakukan warga baik warga lokal maupun luar Kabupaten Semarang setiap tahunnya, menjelang masuknya bulan puasa.

Dia menerangkan, sudah 20 tahun berturut-tutut sendang tersebut ramai dikunjungi. Warga yang mandi di sana, tidak mengambil air langsung di sendang.

Halaman
123
Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved