Serba serbi Ramadan 1444 H
Jejak Islam di Ungaran, Makam Waliyullah Hasan Munadi, Sendang Nyatnyono dan Masjid Subulussalam
Wilayah Desa Nyatnyono, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang diyakini menjadi satu di antara saksi jejak penyebaran Islam di Jawa Tengah
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNMURIA.COM, UNGARAN - Wilayah Desa Nyatnyono, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang diyakini menjadi satu di antara saksi jejak penyebaran Islam di Jawa Tengah.
Syekh Hasan Munadi, menurut warga setempat, merupakan tokoh pendakwah yang konon hidup sezaman dengan Raden Fatah dan Sunan Kalijaga pada masa Kesultanan Bintoro Demak.
Makam Syekh Hasan Munadi sendiri berada di Desa Nyatnyono dan hingga kini masih dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat.
Makam tersebut terletak di kawasan dataran tinggi, di dalam bangunan serta cungkup. Cungkup untuk makam tersebut diyakini merupakan bahan kayu Jati asli sejak zaman dahulu.
Makam anak Syekh Hasan Munadi, yaitu Kyai Hasan Dipuro juga berada di dekatnya lantaran semasa hidupnya juga mensyiarkan agama Islam.
Pada momen-momen tertentu, misalnya malam Jumat atau selikuran pada 21 Ramadan, Makam Syekh Hasan Munadi dan anaknya dipadati ribuan peziarah.
Humas Pengurus Makam Waliyullah Hasan Munadi, Amin mengatakan Syekh Hasan Munadi merupakan seorang pendakwah yang datang dari Kerajaan Mataram pada sekitar tahun 1.400 Masehi.
“Jadi pada zaman dahulu masyarakat di sini tidak beragama, kemudian Hasan Munadi melakukan syiar hingga agama Islam tersebar,” ungkap dia ketika ditemui Tribunjateng.com, Rabu (5/4/2023).
Baca juga: Masjid Al-Manshur Tertua di Wonosobo Dibangun Tahun 1847, Makam Kyai Walik Jadi Magnet Peziarah
Masjid Subulussalam
Selain melakukan syiar agama Islam di kawasan Ungaran dan sekitarnya tersebut, Syekh Hasan Munadi juga membangun masjid yang bernama Masjid Subulussalam.
Masjid tersebut mengalami beberapa kali pemugaran sejak 1985 hingga tampilannya kini nampak modern.
Meskipun demikian, di dalam masjid tersebut, masih terdapat bagian-bagian yang asli, misalnya empat tiang (saka) cungkup, serta mimbar berbahan kayu.
“Empat tiangnya masih asli,” kata Amin, sapaannya.
Empat pilar tersebut berbalut ukiran bernuansa Majapahit yang masih berdiri tegak. Tampilannya sendiri nampak kontras dengan bangunan sekelilingnya.
Empat tiang itu bisa menjadi tanda bahwa masjid peninggalan Waliyullah Syekh Hasan Munadi merupakan masjid tua.
Konon, sebelumnya, cungkup itu hanya bersaka satu. Seiring berjalannya waktu, saka atau pilar utama itu dibelah menjadi empat bagian.
Melihat dari Dekat Masjid di Puncak Gunung Muria Saksi Sejarah Penyebaran Islam di Kabupaten Kudus |
![]() |
---|
Anak dan Remaja Lintas Desa Ramaikan Lomba Tongtek Penggugah Sahur di Masjid Ar Rahman Blora |
![]() |
---|
Ramadan, Perajin Bedug di Banyumas Kebanjiran Pesanan, Mayoritas Order dari Luar Kota |
![]() |
---|
Ribuan ASN di Kota Semarang Besok Wajib Belanja di Pasar Johar, TPP THR Sudah Cair |
![]() |
---|
Tebus Murah Cabai dan Bawang Hanya Rp 1.000 pada Bazar Ramadan di Balai Kota Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.