Berita Kudus
Akademisi UMK Sorot Penangananan Kerusakan Alun-alun Simpang 7: Cuma Dipupuk Tumbuhnya Suket Teki
Akademisi Universitas Muria Kudus (UMK) sorot penangangan kerusakan rumput Alun-alun Simpang 7 Kudus. Jika hanya andalkan pupuk yang tumbuh suket teki
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Yayan Isro Roziki
- Akademisi Agroteknologi Universitas Muria Kudus (UMK), sorot penangangan kerusakan rumput pada Alun-alun Simpang 7 Kudus.
- Jika hanya dipupuk tanpa ada tambal sulam ruput, maka nantinya yang tumbuh adalah suket teki.
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Rumput di Alun-alun Simpang 7 Kudus rusak parah pascagelaran tradisi Dhandhangan.
Alun-alun Simpang 7 Kudus pun kini tampak gersang, tak lagi tampak asri.
Akademisi Agroteknologi Universitas Muria Kudus (UMK), Hendy Hendro, menyoroti penangangan kerusakan rumput pada Alun-alun Simpang 7 Kudus.
Baca juga: Alun-alun Simpang 7 Kudus Rusak Parah Baunya Amis, Bekas Digunakan Pasar Malam Dhandhangan
Baca juga: DPRD Desak Perbaikan Taman Alun-alun Simpang 7 Kudus Jadi Prioritas
Hendy Hendro menyebut, Pemkab Kudus perlu mengebut perbaikan rumput di Alun-alun Simpang 7 Kabupaten Kudus.
Apalagi, momen Idulfitri nanti menjadi perhatian para warga, perantau, ataupun wisatawan.
"Nanti pada saat Idulfitri banyak pemudik yang pulang ke Kudus untuk melihat seperti apa kotanya," ucapnya kepada Tribunmuria.com, Selasa (28/3/2023).
Dia beranggapan, bahwa nantinya para pemudik tersebut berekspektasi kalau Kudus akan menjadi kota yang bagus setelah lama ditinggalkan.
Namun, jika perbaikan rumput tak kunjung selesai, maka itu akan merusak ekspetasi para pemudik ataupun pendatang.
Untuk itu, dia menyarankan untuk melakukan tambal sulam pada rumput-rumput yang rusak.
Tentunya tambal sulam rumput membutuhkan waktu yang cukup lama.
Dari estimasinya sekitar dua bulan untuk melihat hasil yang maksimal dari tambal sulam rumput dengan rumput taman.
"Kalau cuma dipupuk saja itu nanti yang tumbuh rumput teki atau liar dan itu malah terkesan kumuh, tidak seperti sebelumnya.
"(Sulam rumput) itupun harus dilakukan perawatan secara terus menerus," katanya.
Kerusakan capai 80 persen
Diberitakan sebelumnya, Alun-alun Simpang 7 Kudus rusak parah setelah digunakan sebagai tempat pasar malam dalam rangkaian tradisi Dhandhangan.
80 persen rumput di Alun-alun mati dan bau anyir nan amis masih tersisa setelah tradisi Dhandhangan selesai pada rabu 22 Maret 2023.
Dandangan sebagai tradisi menyambut datangnya bulan Ramadan di Kudus dibarengi dengan adanya pasar rakyat.
Biasanya pasar rakyat dandangan hanya ada di sepanjang Jalan Sunan Kudus. Tapi tahun ini juga merambah sampai di Alun-alun Simpang 7 Kudus dan Jalan Ramelan.
Pasar rakyat Dhandhangan khusus di Alun-alun Simpang 7 merupakan pasar malam berisi wahana permainan dan sejumlah pedagang.
Setelah berlangsung selama 12 hari, rupanya membuat rumput Alun-alun Simpang 7 yang biasanya hijau menjadi rusak, dan masih tersisa bau anyir nan amis.
Jumat (24/3/2023) pagi, sedikitnya ada enam petugas kebersihan dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus yang menaburkan pupuk kompos di Alun-alun Simpang 7, utamanya di lokasi rusaknya rumput.
Ada juga yang memotong rumput alun-alun yang masih tersisa agar rata.
“Kami diarahkan untuk menabur kompos di alun-alun yang rumputnya rusak, kemudian kami juga memotong rumput yang tersisa agar nanti kalau rumputnya tumbuh bisa bersamaan,” kata Koordinator Pertamanan Simpang Tujuh Kudus.
Selain merusak rumput Alun-alun Simpang 7, pasar rakyat Dhandhangan juga menyisakan sampah.
Untuk persoalan sampah, kata Sumintro, pihaknya sudah berusaha membersihkan sejak pasar rakyat dandangan selesai.
Sementara itu Kepala Dinas PKPLH Kudus, Abdul Halil, mengatakan, pihaknya telah mengecek dan menginventarisir kerusakan Alun-alun Simpang 7.
Dari situ hasilnya ternyata tidak ada kerusakan selain rumput.
Katanya, butuh waktu sekitar satu bulan untuk memulihkan kawasan Alun-alun Simpang 7 seperti semula.
“Untuk kerusakan rumput di Alun-alun Simpang 7 mencapai 80 persen."
"Kami lakukan pemupukan untuk merangsang tumbuhnya rumput,” kata dia.
Kemudian untuk masalah bau di kawasan alun-alun, Halil berencana akan mengerahkan seluruh petugas kebersihan Dinas PKPLH esok hari untuk membersihkan dan menyemprot kawasan Alun-alun Simpang 7.
Dia memastikan pada hari Minggu nanti masyarakat sudah bisa memanfaatkan Alun-alun Simpang 7 untuk aktivitas.
Penggunaan Simpang 7 langgar Perda
Petugas Kebersihan Dinas PKPLH Kudus saat menaburkan pupuk kompos di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, Jumat (24/3/2023). Alun-alun Simpang 7 Kudus kondisinya rusak parah dan meninggalkan bau amis-anyir pascadigunakan untuk pasar malam Dhandhangan. (TribunMuria.com/Rifqi Gozali)
Penggunaan Alun-alun Simpang 7 sebagai tempat pasar malam atau wahana permainan dalam tradisi Dhandhangan di Kudus memang baru saat ini terjadi.
Padahal masih di dalam kawasan Alun-alun Simpang 7 terdapat papan bertuliskan larangan bermain dan berjualan di alun-alun Simpang Tujuh Kudus.
Pantauan di lokasi, papan tersebut berada di sisi selatan Alun-alun Simpang 7.
Di papan tersebut juga terdapat landasan larangan berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2017.
Bagi Halil, digunakannya Alun-alun Simpang 7 untuk pasar malam dalam rangkaian Dhandhangan untuk mendongkrak ekonomi meski ada larangan dalam Perda.
Alasan berikutnya karena selama tiga tahun sebelumnya tidak ada tradisi dandangan karena pandemi Covid-19.
“Selama 3 tahun berturut-turut tidak ada kegiatan seperti ini dari Pemerintah Kabupaten Kudus, ini membuat acara untuk meningkatkan ekonomi UMKM yang ada di Kabupaten Kudus,” kata Halil.
Kemudian, lanjut Halil, berkaitan dengan izin memanfaatkan wilayah alun-alun untuk pasar malam sepenuhnya menjadi wewenang Dinas Perdagangan.
Sebab, dalam praktiknya pasar rakyat dandangan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Dinas Perdagangan. (*)
PCNU Kudus Kembalikan Dana Hibah Rp 1,3 Miliar dari Pemkab ke Kejari |
![]() |
---|
Koleksi Melimpah, Museum Situs Purbakala Patiayam Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional |
![]() |
---|
Siswa Belajar dalam Kondisi Cemas, Ruang Kelas di SD Ngembalrejo Kudus Rusak sejak Lama |
![]() |
---|
Mengenal Syekh Abdul Hamid, Ulama Berdarah Kudus Mengisi Belantika Keilmuan Islam di Makkah |
![]() |
---|
Mustakim Masih Bersyukur, Tak Kuat Nanjak Bus Wisata Nyaris Terjun Jurang Sedalam 100 M di Kudus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.