Serba serbi Ramadan 1444 H

Menengok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang, Tempat Mantan Preman Belajar Kesejatian Hidup

Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang dikenal sebagai pesantren para preman. Julukan itu muncul lantaran santrinya mayoritas pelaku kriminal.

Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Muhammad Olies
Tribunmuria.com/ Iwan Arifianto.
Aktivitas buka bersama di Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang. Pendiri Pesantren, Gus Tanto memimpin kegiatan tersebut yang diikuti secara khusyuk oleh para santri di Kampung Perbalan, Purwosari, Semarang Utara Kota Semarang itu, Kamis (23/3/2023). 

"Setiap berkumpul dengan mereka (para preman dan penjahat) jangan mendikte, menggurui maupun mengklaim, kumpul ya semata-mata teman, hanya cukup bersikap yang baik," katanya. 

Baca juga: 3 Preman Galak saat Beraksi Peras Pedagang di Pasar Dhandhangan, Ciut Nyali saat Ditangkap Polisi

Gus Tanto berkeliling ke berbagai wilayah tersebut hanya ingin lebih mengetahui makna hidup sebenarnya.

Selepas berkelana, ia kemudian mengadakan kegiatan Yasin Tahlil di tahun 1988.

Kegiatan tersebut sebagai upaya berkumpul sambil membaca doa dan penyadaran diri untuk berhenti berbuat jahat.

Sering berjalannya waktu, para preman tadi yang sudah kenal dan mengetahui sepak terjang Gus Tanto akhirnya mengikuti kegiatan tersebut satu persatu. 

Selang beberapa tahun kemudian, persisnya di awal tahun 2004, ia mendirikan Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang di tempat tinggalnya di Kampung Perbalan, Purwosari. 

Kampung tersebut dulunya dikenal pula sebagai zona merah karena dikenal sebagai kampung para preman.

"Nama Pesantren Istighfar supaya kita merasa bahwa diri ini sebenarnya banyak dosa. Setiap ke sini sadar kemudian beristighfar," terangnya. 

Pondok pesantren Istighfar tersebut terdapat ratusan santri dengan beragam latar belakang baik dari mantan peminum keras, penjudi, narkoba, hingga pelaku pembunuhan. 

Namun, pondok pesantren itu terbuka bagi siapapun. Tak heran, para akademisi dan pejabat juga turut mengaji kehidupan bersama Gus Tanto.

Gus Tanto mengungkapkan, pihaknya selalu mengenakan pakaian serba hitam tak lepas dari pendapat orang pada umumnya yang mana hitam selalu disingkirkan.

Orang pada umumnya hanya melihat dari luarnya saja.

Padahal hitam identik pula pada Hajar Aswad berupa  batu hitam di pojok Kakbah, Mekkah. Bahkan, warna Kabah sendiri juga hitam.

"Hitam maksudnya supaya kita tidak menonjolkan siapa kita, terpenting akhlak dan hati bersih," bebernya.

Sedangkan, patung naga di pesantren tersebut disimbolkan sebagai pesan supaya manusia bersikap tidak takabur. 

"Naga bukan hewan sesungguhnya hanya filosofi. Kepalanya terpotong artinya jangan sampai lupa diri. usus terburai, maksudnya usus sebagai tempat jalur makanan maka jangan lupa bersedekah," tandasnya. (Iwn)

 

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved