Serba serbi Ramadan 1444 H
Menengok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang, Tempat Mantan Preman Belajar Kesejatian Hidup
Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang dikenal sebagai pesantren para preman. Julukan itu muncul lantaran santrinya mayoritas pelaku kriminal.
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Muhammad Olies
"Mulai saat itulah mulai sedikit demi sedikit ikut ngaji, memang saat itu hidup saya mulai berubah, ditambah ikut ngaji di tempat ini," katanya saat berbincang di pondok pesantren.
Ayong mengaku, sejak muda hidupnya belingsatan. Jauh dari agama dan selalu bikin onar.
Kondisi tersebut tidak jauh berbeda ketika dirinya mulai menua.
"Setelah di sini menjadi ayem, tentrem, tidak terburu-buru menjalani hidup, semua disyukuri," papar pria tiga cucu ini.
Santri lainnya, Sukisno (57) mengatakan, sudah nyantri di ponpes Istighfar Semarang sejak tahun 2006.
Mantan pengguna sabu tersebut, pada awal mondok sempat tinggal di ponpes tersebut tapi sekarang menjadi santri kalong.
"Ya saya pengguna sabu, sempat di penjara selama 6 bulan di LP Kedungpane Semarang karena kasus narkoba," bebernya.
Bertahun-tahun hidup dalam lingkaran obat terlarang, Sukisno mulai lelah. Ia seringkali merenung terhadap kondisi hidupnya, terutama ketika anak pertamanya lahir.
Dalam kondisi batin yang gersang, Sukisno kemudian diajak oleh kakaknya untuk datang ke pondok pesantren Istighfar Tombol Ati.
Mulai saat itulah, ia tekun mempelajari agama di tempat tersebut hingga sekarang.
"Saya tirakat di sini, rekoso, tapi saya ingin menebus kesalahan-kesalahan yang kemarin. Dalam arti untuk keluarga, untuk saya sendiri," beber warga Bandarharjo, Semarang Utara itu.
Bergaul dengan Preman
Pendiri Ponpes Istighfar,KH. Muhammad Khuswanto biasa disapa Gus Tanto memang sudah akrab dengan kehidupan jalanan sejak masih remaja.
Ia sudah berkeliling ke berbagai wilayah yang dikenal sebagai sarang penyamun baik di kota Semarang maupun daerah lainnya.
Pria yang berpergian selalu tanpa mengenakan alas kaki itu bahkan berkelana hingga kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur pada tahun 1987.
Melihat dari Dekat Masjid di Puncak Gunung Muria Saksi Sejarah Penyebaran Islam di Kabupaten Kudus |
![]() |
---|
Anak dan Remaja Lintas Desa Ramaikan Lomba Tongtek Penggugah Sahur di Masjid Ar Rahman Blora |
![]() |
---|
Ramadan, Perajin Bedug di Banyumas Kebanjiran Pesanan, Mayoritas Order dari Luar Kota |
![]() |
---|
Ribuan ASN di Kota Semarang Besok Wajib Belanja di Pasar Johar, TPP THR Sudah Cair |
![]() |
---|
Tebus Murah Cabai dan Bawang Hanya Rp 1.000 pada Bazar Ramadan di Balai Kota Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.