Berita Jateng

Awali Prosesi Imlek, Kopi Semawis Gelar Doa Bersama di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang

Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) mengadakan doa bersama, slametan dan ketuk pintu di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang.

Penulis: Agus Salim | Editor: Muhammad Olies
Tribun Jateng/Agus Salim
Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) mengadakan doa bersama, selamatan dan ketuk pintu di Kelenteng Tay Kak Sie di Jl Gang Lombok Nomor 62 Kota Semarang pada Sabtu (14/1/2023)  

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG- Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) mengadakan doa bersama, slametan dan ketuk pintu di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang pada Sabtu (14/1/2023).

Kegiatan ini digelar untuk menyambut Tahun Baru Imlek pada 22 Januari 2023. 

Acara ini turut menghadirkan pemuka agama setempat untuk mengiringi doa. 

Begitu juga dengan kolaborasi budaya Jawa dengan sajian makanan tradisional mulai dari nasi tumpeng, gudangan (urap sayur), ayam ingkung, jajanan pasar, pisang setundun serta suguhan bakpao sebagai budaya Tionghoa.

Ketua Kopi Semawis Harjanto Halim menyampaikan acara ini merupakan bagian dari selamatan dan doa agar aktivitas yang akan diselenggarakan berjalan lancar.

"Jadi kita mengadakan selamatan sekaligus ketuk pintu agar semua berjalan lancar," kata Harjanto.

Ketuk pintu, kata dia, memiliki makna membuka kehidupan baru agar lebih baik dari sebelumnya.

"Ya ketuk pintu itu kan ibaratnya kita minta ijin, minta doa agar lebih baik," imbuhnya.

Baca juga: Mantan Kuli Bangunan di Blora Jadi Perajin Patung Bahan Plastisin, Karya Tembus Hingga Luar Negeri

Baca juga: Polisi Usut Kasus Tewasnya 6 ABK Asal Pemalang Diduga Keracunan Freon: Biar Ada Efek Jera

Baca juga: Sembunyi di Semak-semak Lebih Dari Lima Jam, Pelaku Curanmor Trail Lintas Provinsi Dibekuk di Kudus

Pada momen tersebut, Harjanto sengaja mengadakan acara yang menggabungkan dua budaya yakni Jawa dan Tionghoa.

Harjanto ingin budaya Tionghoa yang ada di Kota Semarang bisa beradaptasi dengan budaya Jawa. 

"Semoga dengan ini Semarang bisa menjadi kota toleransi beragama dan berbudaya nomor 1 di Indonesia," sambungnya.

Dalam acara itu juga, Harjanto membagikan terong susu dan tebu ke sejumlah klenteng di sekitar kawasan Pecinan.

Terong susu, dengan bentuknya yang seperti susu sapi, kata dia memiliki makna keberlimpahan.

"Banyak belum tentu cukup. Sedikit tidak mesti kurang," katanya.

Sementara, tebu dimaknai sebagai kemantapan hati dalam menjalani setiap ujian dalam kehidupan. 

"Tebu itu ya anteping kalbu. Tebu juga rasanya manis. Harapannya juga gitu. Di tahun ini kehidupan yang dijalani semakin baik dan berkembang," tutur Harjanto

Plt Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu yang turut hadir di acara menyebut kegiatan ini menjadi permulaan Pasar Semawis dalam menyambut Tahun Baru Imlek dengan agenda selamatan dan ketuk pintu di Kelenteng Tay Kak Sie

Selain itu, kata dia, prosesi selamatan dan ketuk pintu menjadi budaya yang harus dilestarikan di Kota Semarang.

"Sejarah Semarang lama seperti yang kita tahu kan ada banyak mulai dari kaum pecinan juga Tionghoa. Ini tentu jadi budaya yang patut kita lestarikan," kata perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut.

Ia berharap kegiatan ini nantinya mampu menjadi titik balik kebudayaan di Kota Semarang yang sempat tenggelam.

"Mengembalikan lagi sejarah lama di Kota Semarang dengan kegiatan belanja di gang baru untuk kemudian dimasak pada tanggal 21 malam bersama masyarakat," jelasnya.

 

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved