Berita Pati
Olah Bonggol Jagung Jadi Aneka Kerajinan Tangan, Saras Kini Petik Hasil Perjuangannya
Saras menumbuhkan semangat untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Keterbatasan fisik tak menjadi halangan bagi dirinya untuk lebih maju.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Moch Anhar
Saras juga bergiat di banyak organisasi dan komunitas nondisabilitas, di antaranya Pemuda Pancasila. Ia bahkan saat ini dipercaya sebagai Ketua Desa Tangguh Bencana (Destana) Desa Sendangmulyo, Kecamatan Bulu.
Karena aktif berjejaring di berbagai organisasi, kesempatan-kesempatan emas pun datang menghampiri.
Pada 2019, bersamaan dengan adanya program dari Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) Kecamatan Bulu, saat itu Saras mengusulkan inovasi pemanfaatan limbah tongkol jagung.
Hal ini didasari oleh melimpahnya limbah tongkol jagung setiap musim panen di desanya. Biasanya usai jagung diselep, tongkolnya hanya dibuang begitu saja atau dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga.
Usulan itu pun diterima. Selanjutnya, dengan dukungan pihak desa, PKK, dan Karang Taruna, Saras mengolah limbah tongkol jagung menjadi aneka kerajinan tangan.
Di antaranya vas bunga, bros, cincin, kap lampu, dan kotak tisu.
Hasil karya Saras dan kawan-kawan itu kali pertama dipamerkan dalam ajang Bursa Inovasi Desa Cluster Rembang Barat di halaman Gedung Haji Kabupaten Rembang, Selasa (27/8/2019) lalu.
Produk-produk suvenir dari tongkol jagung tersebut saat itu dipamerkan dan dibanderol dengan harga mulai Rp10 ribu hingga Rp150 ribu.
Pameran tersebut dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen.
Wagub asal Sarang, Rembang, ini tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap hasil kreasi Saras dan kawan-kawan.
“Bonggol jagung bisa dibuat aneka kreasi, mulai dari lentera sampai kotak tisu. Kita dorong dan apresiasi hal ini. Apalagi melibatkan teman-teman disabilitas,” kata Taj Yasin ketika itu.
Hingga kini, jelas Saras, pembuatan kerajinan tongkol jagung masih berlanjut dengan melibatkan tenaga perempuan dan difabel.
Namun demikian, ia menyadari mengembangkan usaha tidaklah mudah.
“Sekarang saya dalam fase yang penting jalan, walaupun pelan-pelan. Karena memang terkendala peralatan yang kurang memadai. Sebab kerajinan ini memang membutuhkan banyak alat. Tidak seperti usaha jahit yang bisa jalan hanya dengan satu mesin jahit dan obras, kerajinan janggel jagung butuh banyak alat. Ada gerinda, gergaji, amplas, penyemprot (anti rayap), dan lain-lain,” kata dia.
Baca juga: Libur Akhir Tahun Tiba, Pemkab Semarang Minta Pengelola Wisata Perketat Protokol Kesehatan
Saat ini, lanjut Saras, pihaknya bekerja sama dengan tenaga pengrajin di Sarang untuk proses produksi. Ia menyebut, ada sekira lima orang yang aktif terlibat hingga kini. Di dalamnya ada seorang penyandang disabilitas juga.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/Saswati-2112.jpg)