Berita Pati
Olah Bonggol Jagung Jadi Aneka Kerajinan Tangan, Saras Kini Petik Hasil Perjuangannya
Saras menumbuhkan semangat untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Keterbatasan fisik tak menjadi halangan bagi dirinya untuk lebih maju.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, PATI - Bagi Saras (41), istilah "memandang sebelah mata" masih terlalu bagus untuk menggambarkan sikap orang terhadap dirinya pada waktu dahulu.
Perempuan bernama lengkap Saswati Ningrum ini mengatakan, sebagai tunadaksa yang hidup di tengah masyarakat yang belum berkesadaran inklusif terhadap difabel, ia kerap mendapat anggapan merendahkan dan perlakuan diskriminatif ketika masih muda dulu.
Saras ialah warga Desa Sendangmulyo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Dia merupakan penyandang disabilitas.
Dia mengalami keterbatasan fisik akibat penyakit polio yang menjangkitinya saat masih berusia tiga tahun.
Menurut Saras, karena kondisinya ini, jangankan memandang sebelah mata, melihat sekilas padanya saja dulu orang tak sudi.
"Kalau saya gambarkan dengan kata-kata yang agak kasar, sepertinya orang lebih memilih melihat kotoran daripada melihat saya," kata Saras saat dihubungi penulis artikel ini via sambungan telepon, Rabu (21/12/2022).
Dia mengenang, saat masih muda dulu, pernah ada seorang pria yang menaruh hati padanya.
Namun, ibu pria tersebut tak merestui.
Baca juga: Cek Kelayakan Jalan Bus, Dishub Salatiga Gelar Ramp Check di Terminal
Justru kata-kata setajam belati yang terlontar.
"Ibunya bilang, 'kowe nek karo wong iku arep mangan opo? Anake Warti iku ora iso ngasu.' (Kamu kalau sama dia mau makan apa? Anaknya Warti itu tidak bisa menimba air). Intinya saya dianggap hanya akan menjadi beban, tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga," ujar Saras mengenang.
Ia menuturkan, kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala.
Namun, gejolak di hati ia kendalikan agar tak muncul rasa dendam. Ia justru bertekad untuk membalikkan anggapan orang padanya.
"Akhirnya, atas izin Gusti Allah, sekarang orang mau memandang saya dengan dua mata. Dulu orang bilang saya beban. Bagimu kalau saya memanggilmu, aku akan minta tolong dan memberimu beban. Sekarang kamu yang memanggilku untuk meminta bantuan," ucap perempuan kelahiran 18 Agustus 1981 ini.
Kini, Saras aktif menggeluti usaha kerajinan tangan berbahan baku tongkol atau sebutan lainnya bonggol ataupun janggel jagung.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/Saswati-2112.jpg)