Berita Jateng

Manfaatkan Limbah Kotoran Kambing, Begini Cara Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Buat Pupuk Bokashi

Banyaknya limbah kotoran kambing di Desa Rangimulya, mendorong Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan membuat pupuk organik Bokashi.

Dokumentasi mahasiswa KKN
Warga bersama Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan yang sedang praktik membuat pupuk organik Bokashi dari bahan dasar memanfaatkan limbah kotoran kambing yang banyak ditemukan, berlokasi di Desa Rangimulya, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, Senin (31/10/2022) kemarin. 

Setelahnya, campurkan kotoran kambing yang sudah dijemur dengan arang sekam padi dan diaduk-aduk hingga merata.

Kemudian masukkan bekatul kedalam bahan campuran kotoran kambing dan arang sekam padi, kemudian diaduk hingga merata.

Setalah diaduk rata, kemudian disemprotkan campuran larutan EM 4 dan molasses secukupnya (sampai gempal).

Setelah gempal, pindahkan ke wadah yang rapat dan teduh.

Diamkan selama 5-8 hari agar mikroorganisme pada campuran bahan bekerja dengan baik. 

Lalukan pengecekan setiap hari sekali, dengan cara mengecek suhu pupuk, apabila panas maka dibalik-balik agar suhunya turun.

"Membahas kendala yang kami alami, lebih pada kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan, dan menghindarkan dari ketergantungan pupuk kimia yang berimbas pada kualitas tanah yang menurun," ujar Dicky.

Baca juga: Pupuk Organik SMPN, Dari Limbah Jamu Mampu Tingkatkan Hasil Panen Padi

Penyuluh Pertanian Ahli Madya, dan Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Warureja, Taryono, berharap melalui kegiatan pembuatan pupuk organik ini, masyarakat bisa mencoba atau mempraktekkan sendiri untuk kebutuhan pertanian masing-masing. 

Terutama ketika pupuk langka, maka bisa menjadi solusi bagi petani di Desa Rangimulya.

Mengingat pupuk organik ini lebih ramah lingkungan terhadap tanah yang akan digunakan sebagai lahan pertanian. 

Selain itu biayanya lebih murah, karena bahan semua sudah tersedia di Desa. 

Sedangkan kekurangannya perlu waktu dan tenaga lebih untuk membuatnya.

"Ya semoga materi yang sudah diberitakan bermanfaat dan warga kedepannya bisa membuat sendiri. Karena bahan baku tersedia dan mudah ditemukan. Tapi ya memang memerlukan waktu dan tenaga yang lebih," kata Taryono.

Pada kesempatan ini, Taryono menjelaskan sedikit mengenai pupuk Bokashi yang pertama kali dipopulerkan di Jepang sebagai pupuk organik yang bisa dibuat dengan cepat dan efektif. 

Baca juga: Satu-satunya di Indonesia, Museum Kretek Diusulkan Jadi Objek Wisata Wajib Bagi Wisatawan

Pupuk Bokashi diambil dari istilah bahasa Jepang yang artinya perubahan secara bertahap. 

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved