Berita Kudus
Kualitas Kedelai Lokal Buruk, Perajin Tahu di Kudus Pilih Impor
Perajin tahu di Kudus enggan menggunakan kedelai lokal meski harganya lebih murah dibandingkan kedelai impor karena faktor kualitasnya.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Raka F Pujangga
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Meski kedelai lokal lebih murah dari kedelai impor, namun sebagian perajin tahu enggan memilih kedelai lokal.
Jika dihitung, kedelai impor per kilonya Rp 12.700 - Rp12.900 dan harga kedelai lokal Rp 12.100.
Namun jika dilihat kualitasnya, menurut Maskuri, perajin tahu di Desa Karangbener, Bae, Kudus mengatakan kualitas kedelai impor lebih baik.
Baca juga: Anggaran Subsidi Kedelai Mandek, Bikin Perajin Tempe Makin Putus Asa
Maskuri menilai, kedelai impor lebih kering ketimbang kedelai lokal yang basah dan terkadang berwarna kehijauan.
"Kalau pakai kedelai lokal nambahi kerjaan, harus milih dulu kalau yang basah itu ga enak buat bikin tahu," jelasnya, Selasa (11/10/2022).
Terlebih, kedelai lokal terkadang masih bercampur sisa-sisa tanah di dalam satu sak kedelai.
Kendati demikian, jika ingin menggunakan kedelai lokal harus direndam dahulu supaya bersih.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Ekonomi Lesu, Pedagang Tempe di Pasar Babadan Kab Semarang Sedih Sepi Pembeli
Rendahnya kualitas kedelai lokal juga dirasakan Karmiyati, perajin tempe RT 02, RW 06 Desa Karangbener, Bae, Kudus.
”Tidak pernah menggunakan kedelai lokal. Kualitasnya kurang bagus. Selain itu kedelai lokal tidak tahan lama,” katanya.
Jika dipaksakan menggunakan kedelai lokal, maka kualitas tempe yang dia hasilkan akan menurun.
"Saya pakai impor aja, sedikit mahal tidak masalah yang penting kualitas tidak turun," terangnya. (rad)