Berita Jateng
Cerita Perajin Wayang Kulit di Pekalongan, Yudi : Darah Seni Turun Menurun
Yudi Seto (26) warga Desa Sangkanjoyo, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, melestarikan wayang kulit di kota batik.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: Raka F Pujangga
"Brotoseno itu memiliki tokoh ksatria yang memiliki karakter yang kokoh dan jujur," ucapnya.
Membuat wayang kulit, dikatakannya susah-susah gampang. Lantaran, kalau tidak niat dan tidak menjiwai pasti susah.
"Yang penting kita harus menjiwai, niat, dan insya Allah pasti bisa," jelasnya.
Ia mengungkapkan, proses pembuatan wayang kulit membutuhkan waktu satu bulan.
"Proses pembuatan wayang kulit itu dari pemetengan kulit yang dijadikan wayang hingga kering, terus membuat sketsa wayang, memahat kulit wayang, nyolet atau memberikan warna, setelah itu dilakukan pengepresan," ungkapnya.
Baca juga: Bak Model Profesional, Wali Kota Pekalongan dan Istri Tampil Fashion Show Berbatik di Atas Truk
Dari hasil karyanya dipasarkan melalui online dan offline, Yudi menjelaskan karyanya laku hingga ke luar kota seperti Jakarta, Tangerang, Solo, Kabupaten Batang, Kabupaten Pemalang, hingga Kalimantan.
"Di Kabupaten Pekalongan, mungkin saya perajin wayang kulit termuda," ujarnya.
"Rata-rata pembeli itu kolektor. Tapi ada juga dalang yang ada di Solo. Harga per wayang tergantung ukuran dan kerumitan bentuknya. Paling murah Rp 500 ribu, paling mahal yang pernah saya jual Rp 5 juta," jelasnya. (Dro)