Berita Jateng
Puskampol Soroti Insiden Yonif 411/Raieder Salatiga: Kurangnya Kontrol dan Jiwa Korsa Kebablasan
Peneliti Puskampol Andy Suryadi sorot insiden di Yonif 411/Raider Salatiga yang menewaskan warga Temanggung. Insiden ini bentuk jiwa korsa kebablasan.
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG – Koordinator Peneliti Pusat Kajian Militer dan Kepolisian (Puskampol), Andy Suryadi, turut menyoroti insiden berdarah yang melibatkan oknum TNI Yonif 411/Raider Salatiga, pada Kamis 1 September 2022.
Yonif 411/Raider Salatiga merupakan satuan tempur di bawah kendali Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Dalam insiden yang turut melibatkan oknum Yonif 411/Raider Salatiga tersebut, seorang warga Temanggung berinisial AWP meninggal dunia, serta 4 warga lainnya mengalami luka-luka.
Baca juga: Kadispenad Tegaskan Kasus Oknum Yonif 411/Raider Salatiga Telah Ditangani Denpom dan Polisi
Baca juga: Kronologi Warga Temanggung Tewas saat Diamankan Oknum Yonif 411/Raider, dari Senggolan di Jalan
Baca juga: Pernyataan Kadispenad soal Insiden Yonif 411/Raider: Pratu RW Dikeroyok saat Boncengkan Istri
Baca juga: Pengakuan Teman Dekat AWP: Tak Ada Pengeroyokan Anggota TNI, Kelahi saat Mabuk, Muntah lalu Tewas
Koordinator Peneliti Puskampol, Andy Suryadi, mengatakan setidaknya terdapat lima hal yang perlu disorot dalam peristiwa tersebut.
“Pertama tentu ini tragedi yang pantas kita sesalkan, karena apapun alasannya kejadian ini sampai menimbulkan korban jiwa.”
“Terlebih, diduga terkait dengan oknum aparat yang seharusnya lebih paham tentang pengayoman dan ketaatan pada ketentuan hukum yang berlaku,” kata Andy kepada TribunMuria.com, Sabtu (3/9/2022).
Kedua, lanjut Koordinator Peneliti Puskampol, jika benar kronologi dan kejadian tersebut sebagaimana yang beredar di media massa, maka ini tentu juga sangat ironis.
Sebab, insiden hingga menyebabkan hilangnya nyawa warga ini, dilakukan secara bersama-sama oleh seumlah oknum prajurit atas nama solidaritas, yang semestinya saling menyadarkan untuk tetap berada pada marwah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.
“Ini jelas adalah perwujudan esprit de corps atau jiwa korsa yang tidak tepat dan kebablasan, serta menjurus arogan,” tegas Andy Suryadi.
Ketiga, locus delicty yang diduga salah satunya ada di markas satuan, juga menjadi keprihatinan tersendiri.
Karena itu, lanjut dosen Unnes, mencerminkan kurangnya kontrol dan kalahnya kesadaran untuk tunduk pada aturan hokum, dan tidak main sendiri di dalam lingkungan markas.
“Patut dipertanyakan juga jika memang benar tempat kejadiannya salah satunya di markas, apakah komandan atau pimpinannya tidak tahu?” ucapnya.
Keempat, sambung Andy, selain terjadi pada korps kepolisian, perilaku oknum yang mencoreng institusi juga terjadi secara beruntun pada institusi militer.
Ini patut disesalkan, sebab sebelumnya sudah ada peristiwa yagn mencoreng institusi militer. Mulai kasus mutilasi di Mimika, penembakan istri almarhum Kopda M dan kasus pembunuhan korban kecelakaan oleh Kolonel Priyanto.
Kelima tentu kejadian ini harus diusut tuntas dan pelaku yg dinyatakan bersalah ditindak tegas.
Jika mengacu pada upaya penindakan terhadap oknum yang terbukti terlibat kejahatan, tampaknya publik boleh berbesar hati, karena para pimpinan di lingkup TNI termasuk Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, selama dikenal tegas dan peduli dalam mengawal kasus yang melibatkan oknum anggotanya.
“Kami berharap, tentu kasus ini dituntaskan secara transparan, untuk mengembalikan kepercayaan publik,” pungkasnya.
Kadispenad: kasus sudah ditangani Denpom IV/3 Salatiga
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Tatang Subarna, buka suara soal insiden yang melibatkan oknum TNI Yonif 411/Raider Salatiga, hingga sebabkan satu warga Temanggung tewas, pada Kamis (1/9/2022).
Brigjen Tatang menegaskan, saat ini kasus yang melibatkan oknum TNI Yonif 411/Raider tersebut sudah ditangani oleh Denpom IV/3 Salatiga, berkoordinasi dengan Polres Salatiga.
"Kejadian ini sedang ditangani oleh Denpom IV/3 Salatiga yang berkoordinasi dengan pihak Polres Salatiga untuk proses lebih lanjut,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Tatang Subarna dalam siaran pers, Jumat (2/9/2022).
Kasus ini ditangani juga oleh Polres Salatiga, sebab sebelum tewas AWP dan keempat temannya, yang merupakan warga Temanggung, diduga terlebih dahulu mengeroyok Pratu RW --anggota Yonif 411/Raider Salatiga.
Kronologi versi Kadispenad
Kata Kadispenad, Brigjen TNI Tatang Subarna, menyampaikan bahwa kejadian tersebut berawal saat Pratu RW yang memboncengkan istrinya, Ny D yang sedang hamil 6 bulan, menuju Pasar Blauran.
Di perjalanan keduanya diserempet kendaraan roda 4 jenis pikap Suzuki Carry yang dikemudikan oleh Argo Wahyu Pamungkas (AWP), dan disertai 4 orang temannya.
Bukannya berhenti dan meminta maaf, AWP dan keempat temannya justru langsung kabur dari lokasi, setelah menyerempat Pratu RW dan istrinya.
Bahkan, sebelum kabur dari lokasi, AWP dan keempat temannya sempat membentak Pratu RW dan istri.
"Pratu RW sempat dibentak, namun yang bersangkutan tidak menghiraukan dan sesampainya di Pasar Blauran, Pratu RW malah dihentikan oleh saudara Argo Wahyu Pamungkas (AWP)."
Selanjutnya saudara AWP melakukan pengeroyokan bersama keempat temannya tersebut, kepada Pratu RW," ujarnya.
Istri Pratu RW yang panik dan ketakutan melihat suaminya dikeroyok dan tersungkur di jalan, lanjut Brigjen Tatang, meminta pertolongan di WAG leting suaminya.
Selanjutnya, teman-teman leting Pratu RW melakukan pencarian dan menemukan para pelaku pengeroyokan.
Para pelaku kemudian dibawa ke Yonif 411/Raider dan selanjutnya dibawa ke RST Dr. Asmir Salatiga karena mengalami luka-luka.
"Setelah mendapatkan perawatan, pada Jumat (2/9/2022) satu orang pengeroyok (Argo Wahyu Pamungkas) dinyatakan meninggal dunia dan 4 orang lainnya masih menjalani pengobatan di RST Dr. Asmir Salatiga."
"Kejadian ini sedang ditangani oleh Denpom IV/3 Salatiga yang berkoordinasi dengan pihak Polres Salatiga untuk proses lebih lanjut,” pungkas Tatang.
Pihak AWP bantah ada pengeroyokan anggota TNI
Teman dekat AWP (32) --warga Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, yang tewas seusai dibawa ke markas komando (Mako) Yonif 411/Raider Salatiga buka suara.
Pria yang tak mau disebutkan identitasnya itu mengatakan, tak ada pengeroyokan terhadap anggota TNI Yonif 411/Raider Salatiga, dalam rangkaian peristiwa yang sebabkan AWP akhirnya tewas.
Dituturkan, AWP berkelahi dengan anggota TNI saat dalam kondisi mabuk minuman keras (miras).
Keempat teman AWP lainnya, yang kesemuanya warga Temanggung, juga dalam kondisi mabuk, tapi tak ikut mengeroyok anggota TNI Yonif 411/Raider Salatiga.
Mereka jsutru berupaya melerai perkelahian antara anggota Yonif 411/Raider Salatiga, yang belakangan diketahui adalah Pratu RW. (*)