Berita Jateng
Cerita Mantan Penambang Judi Togel Semarang: Tiarap saat Musim Grebekan Polisi, lalu Bangkit Lagi
Mantan penambang judi togel mengatakan judi togel tiarap saat H-7 Ramadan, H-7 Lebaran, serta saat musim grebekan polisi. Setelah itu bangkit lagi
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
Komisi Pengepul
Penjual judi togel seperti dirinya biasa disebut pengepul atau penambang.
Ia masih memiliki atasan berupa agen dan di atasnya lagi sang bandar.
Tugasnya membuka warung atau lapak untuk melayani pembeli dari menulis nomor hingga menyetorkan uang penjualan kepada agen.
"Tapi belakangan banyak agen yang ganti penjual perempuan, itu sistemnya pakai gaji bulanan beda dengan dahulu yang dibayar harian," katanya.
Pengalamannya sebagai pengepul judi togel dilakoninya empat tahun yang lalu.
Zaman itu kuda lari dan Hongkong menjadi jenis togel yang paling laris manis.
Tentu ada jenis lainnya seperti Singapura dan Sidney.
"Kuda lari produk lokal, tapi kayaknya sudah ga ada."
"Sidney dan HK itu luar negeri," ungkapnya.
Ia mengaku, sebagai pengepul hanya menjual kertas togel yang didroping agen saat sore hari.
Dalam hitungan jam ribuan lembar ludes dibeli penikmat togel.
Setiap hari lapaknya beromzet Rp2 juta.
Dari hasil penjualan itu, ia mendapatkan komisi sebesar 20 persen atau Rp400 ribu.
"Yang beli minimal habis Rp10 ribu per lembar."
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/muria/foto/bank/originals/Ilustrasi-judi-togel-online.jpg)