3 Kali Menggali, BPSMP Sangiran Temukan Fosil Hewan Purba di Desa Kapuan Blora
Setidaknya sudah dilakukan tiga kali ekskavasi (penggalian) dan ditemukan fosil tulang di Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.
Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Daniel Ari Purnomo
“Silahkan mungkin ada bentuk kegiatan lain untuk mematangkan ini,” ucapnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Budi Riyanto yang diwakili Sub Koordinator Kesejarahan dan Purbakala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Eka Wahyu Hidayat menyampaikan apresiasi atas dilaksanakannya penelitian Tim BPSMP Sangiran selama 12 hari (tanggal 4 - 23 Juli 2022).
Dikatakannya, apapun, kegiatan riset seperti ini akan menjadi pencerahan bagi daerah sehingga diharapkan akan selalu berkelanjutan.
“Selaku perwakilan dari Dinporabudpar mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya, karena kami selalu dibantu tiga kali berturut-turut, mungkin hanya Tuhan Yang Maha Esa yang bisa membalasnya, karena kegiatan seperti ini sangat penting bagi kami,” ungkap Eka.
Tim ahli penelitian, Andri Purnomo dari Departemen Arkeologi Universitas Indonesia, Jakarta, menyampaikan ada banyak tema yang ke depannya bisa dikembangkan.
Di luar apa yang sudah dilakukan tim peneliti BPSMP Sangiran (Haris dkk) yang telah dirintis selama ini.
“Sehingga bagaimana keinginan kita bersama dari pihak Pemkab Blora, dari pihak desa Kapuan, dari masyarakat dan seluruh komunitas, bagaimana mengembangkan menjadi sesuatu yang lebih masif, kongkrit. Sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dan tamu yang hadir di Kapuan,” kata Andri.
Dimana, informasi yang sudah digali selama ini, terus terang seperti membaca cermin. Cermin dari lingkungan masa lalu yang kadang-kadang bisa manglingi.
“Sebenarnya kalau kita lihat jenis tulangnya, itu hewan-hewan dari lingkungan hutan. Sedangkan kalau dilihat dari lapisan tanahnya, tidak mencerminkan lingkungan hutan,” ucapnya.
Disarankan, bagi para relawan atau komunitas yang biasa mengidentifikasi fauna, mungkin bisa terus diperdalam, meski kesempatan itu tidak semakin besar di tahun mendatang.
Menurutnya, di kesempatan lain bisa dilakukan secara laboratorium atau mungkin bukan ekskavasi.
Tetapi lebih memastikan ke arah mana hasilnya yang dapat membantu, memantapkan hasil delineasi atau zonasi dari wilayah Kapuan ini terkait dengan tinggalan pra sejarah masa-masa hadirnya manusia purba.
“Intinya kan dilarikan ke sana. Jadi sebisa mungkin kita bisa tahu prioritas mana dari sebuah lokalitas di Kapuan yang harus benar-benar hati-hati dalam rencana pembangunan daerah atau desa Kapuan. Ini sambungan dari semua aktivitas yang dilakukan Mas haris,” ungkap Andri.
Lanjutnya, tentu saja, terkait dengan nilai pentingnya, lalu juga terkait dengan kerja dan perhatian para penduduk dalam menemukan dan melaporkan tinggalan-tinggalan hewan purba maupun artefak yang kemungkinan dibuat oleh manusia purba, serta peristiwa alam yang berlangsung sejak dulu kala.
Kaitannya dengan sungai Bengawan Solo, dengan sungai Kapuan, jadi pertimbangan tersendiri di dalam penentuan prioritas pengembangan pembangunan desa atau wilayah.