Berita Demak
Kades Sayung Keluhkan Urukan Proyek Tol Semarang - Demak: Pembuangan Air Rob Jadi Tidak Maksimal
Kades Sayung Keluhkan Urukan Proyek Tol Semarang - Demak: Pembuangan Air Rob Jadi Tidak Maksimal
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, DEMAK - Pengurukan proyek strategis nasional (PSN) Tol Semarang-Demak, dikeluhkan Kepala Desa (Kades) Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Munawir.
Urukan tanah pada Tol Semarang-Demak, menurut Munawir, diduga membuat banjir dan rob di Sayung semakin parah.
Sebab, urukan Tol Semarang-Demak diduga menyumbat saluran pembuangan, sehingga pembuangan air banjir dan rob menjadi tidak maksimal.
Baca juga: Warga Sekitar Proyek Tol Semarang-Demak Mengeluh Dampak Banjir Rob? Ini Penjelasan PT WIKA
Baca juga: Emak-emak Petani Geruduk Proyek Tol Semarang-Demak: Sejak Ada Proyek Ini Kami Gagal Panen
Baca juga: Progres Seksi 2 Pembangunan Tol Semarang Demak Capai 85 Persen, Ditarget Selesai Tahun Ini
Baca juga: Petani di Demak Curhat Sawahnya Tenggelam Diduga Karena Proyek Tol, Kini Jadi Seperti Rawa
"Untuk di wilayah Sayung itukan diuruk. Jadi untuk keluarnya air secara alami tidak bisa maksimal, karena terhambat urukan," katanya, Minggu (22/5/2022).
Menurutnya meskipun jalan tol tersebut dipancang, namun dibawahnya masih terdapat urukan.
Kata Munawir, urukan di bawah pancang tol tersebutlah yang menghambat pembuangan air banjir dan rob di Sayung.
"Meskipun dipancangkan bawahnya diuruk, nah air itu tidak bisa mengalir dengan cepat. Juga beberapa sungai di wilayah Sayung, khususnya yang terdampak itu ada di Dusun Babadan, itu kan sungainya diuruk," urainya.

Diakui, pelaksana proyek telah membuat saluran untuk jalan air.
Namun, dikatakannya, saluran yang dibuat tidak sebesar dan selebar yang telah ada sebelumnya, sehingga fungsinya menjadi tidak maksimal.
"Mungkin karena proses konstruksi tol, jadi mungkin harus diuruk, mereka juga memancang sungai. Semula jalan air ukuranya kurang lebih sampai 7 meter nah sekarang tinggal 2 meter. Itukan untuk percepatannya airnya kan lain juga," jelasnya.
Akibat hal tersebut menyebabkan banjir di Desa Sayung jadi lama untuk surut.
"Ya tentunya sebelum ada urukan bisa ngeluarin air melalui sipon gonjol, secara alami bisa mengurangi hingga kurang lebih 17.000.m2/hari,"
Namun saat ada urukan pihaknya hanya bisa melakukan pembuangan air banjir dan rob kurang lebih 9.000m2/hari.
"Sekarang dengan ada urukan paling sehari bisa buang air secara alami kurang lebih 9.000m2/hari, juga tergantung air surut lautnya serta tergantung curah hujan," jelasnya.
Untuk menunjang pembuangan air, ia juga melakukan pompanisasi menggunakan anggaran dana desa.
"Untuk operasional 1 pompa listrik sehari kurang lebih Rp150.000, untuk operasional 1 mesin pompa kipas yang modifikasi sehari bisa mencapai Rp600.000 dengan operasional tenaganya," jelasnya.
Padahal PADes atau Pendapatan Asli Desa Sayung lemah. Karena daerah yang dulunya untuk pertanian kini terendam.
"Karena memang tidak bisa untuk produktivitas pertanian, mungkin bisa digunakan untuk budidaya ikan. Tapi kadang terganggu persoalan air limbah, kalau PADesnya setahun paling bisa Rp10 juta," ucapnya.
Untuk mengatasi itu, ia meminta kepada pemerintah ataupun pihak tol untuk sekuyung membuat kolam retensi maupun stasiun pompa pengendalian rob banjir di wilayah Desa Sayung.
"Harapannya untuk bisa dibikinkan kolam retensi maupun stasiun pompa pengendalian rob banjir di wilayah Desa Sayung yang letaknya di belakang balai Desa Sayung," ucapya.
Menurutnya, dengan diletakkannya kolam retensi maupun staisun pompa di Balai Desa Sayung bisa menyelesaikan persoalan air di wilayah Sayung, Loireng maupun Tambakroto.
"Luasnya kurang lebih 2,5 hektare, agar harapannya ke depan persoalan air di wilayah Sayung, Loireng maupun Tambakroto, tidak mbladrah-mbladrah tekan ndi-ndi (meluber ke mana-mana, red)," harapannya. (rad)