Berita Temanggung
Uniknya Tradisi Nyadran di Soropadan Temanggung, Makanan Diwadahi Keranjang Bambu, Zero Plastik
Uniknya Tradisi Nyadran di Soropadan Temanggung, Makanan Diwadahi Keranjang Bambu, Zero Plastik. tak ada makan bersama di area makam
“Para pepunden di pemakaman inilah yang menurunkan trah masyarakat di Desa Soropadan sampai saat ini."
"Kebetulan juga keturunan dari sini sekarang menjadi orang-orang penting dan pejabat,” jelasnya, dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/4/2022).
Tak hanya sebagai bentuk merawat pesarean pepunden, acara sadranan ini juga sebagai sarana mengingat besarnya jasa para leluhur yang telah mewariskan banyak hal.
Mulai ilmu, budaya, adat, tradisi, akhlak, hingga harta benda yang cukup banyak bagi seluruh keturunannya.
“Ini menjadi yang pertama sejak vakum selama dua tahun terakhir akibat dampak pandemi covid-19."
"Sehingga animo yang datang sangat luar biasa, termasuk ada dari luar negeri juga datang untuk menengok leluhur mereka,” imbuhnya.
Tak ada makan bersama di pemakaman

Lanjutnya, terdapat juga tradisi lain sadranan di tempat ini.
Jika sadranan pada umumnya makana dimasukkan dalam tenong-tenong, maka di sini dimasukkan keranjang bambu dan tidak boleh dimakan secara bersama di areal makam tersebut.
“Memang kita tidak menggelar makan bersama di areal pemakaman."
"Beda dari tempat lain yang dimakan bersama di area makam."
"Alasannya memang di tempat ini jauh dari sumber air."
"Jadi makanan yang dibawa langsung dibagi-bagikan,” bebernya.
Hastari (30) salah satu keturunan trah yang datang dari Yogyakarta mengaku selalu mengikuti ritual Sadranan setiap kali digelar.
Tak hanya unik, namun tradisi ini merupakan ajang mengingat jasa leluhur sekaligus menjalin kerukunan antar warga.
“Ini sarana kami dalam nguri-uri budaya sekaligus mempererat kerukunan antar warga."
"Karena banyak trah keturunan yang tersebar di luar kota dan luar negeri,” pungkasnya. (*)